Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja anak usaha yang diperkirakan relatif lebih tahan guncangan pandemi Covid-19, membuat saham anak usaha PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. dinilai lebih menarik.
Wijaya Karya membukukan laba bersih sebesar Rp99,21 miliar pada kuartal I/2020, turun 65,3 persen secara tahunan. Di sisi lain, dua emiten anak usahanya mencatatkan pertumbuhan laba bersih.
PT Wijaya Karya Beton Tbk. membukukan laba bersih Rp72,66 miliar, naik 2,64 persen. Sementara PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk. memperoleh laba bersih Rp81,64 miliar, naik 5,3 persen.
Kepala Riset Praus Capital Alfred Nainggolan menilai, penurunan kinerja yang lebih berat pada induk grup Wijaya Karya lebih disebabkan oleh faktor musiman. Covid-19 juga dinilai lebih berdampak kepada perusahaan induk.
“Secara musiman untuk emiten konstruksi memang sangat lambat di awal tahun, baru mulai bulan kencang di bulan ketiga. Tapi di bulan ketiga sayangnya juga ada Covid-19,” katanya kepada Bisnis, belum lama ini.
Dia menjelaskan hal tersebut tidak terjadi di anak usaha. Pola pembukuan pendapatan pada Wika Gedung dan Wika Beton lebih banyak di awal tahun karena banyak proyek yang baru didapatkan di akhir tahun lalu dan selesai pada awal tahun ini.
Baca Juga
Selain itu, dia juga menilai posisi Wijaya Karya yang memiliki pangsa pasar cukup besar dari owner swasta membuat kinerjanya tertekan cukup berat. Hal ini juga terlihat dari perolehan kontrak yang mandek pada awal tahun ini.
Meski begitu, dia menilai Wijaya Karya masih memiliki potensi pendapatan dan laba yang cukup besar pada tahun ini. Dari order order book yang dimiliki, menurutnya proyek dari pemerintah dan BUMN dapat tetap dijalankan sesuai rencana untuk mendukung pendapatan tahun ini.
“Dengan demikian, saya pikir perolehan laba dan pendapatan akan turun di kisaran 50 persen, kekhawatiran saya lebih kepada swasta yang akan ragu eksekusi proyek di tahun ini,” jelasnya.
Meski begitu, dia tidak menjagokan saham WIKA sebagai top picks di antara grup Wijaya Karya. Menurutnya, saham anak usahanya, WTON dinilai lebih prospektif berdasarkan proyeksi kinerja.
Dia menilai sebagai material konstruksi relatif akan lebih tahan goncangan. Wika Beton diperkirakan memiliki potensi pasar yang lebih luas. Di luar kontrak penjualan dari induk, perseroan juga masih bisa menangkap peluang pasar dari kontraktor-kontraktor lain.
“Memang dari sisi valuasi WEGE punya valuasi paling murah dibandingkan WTON, tapi kalau melihat dari sisi konsistensi, WTON punya catatan yang cukup bagus, kemungkinan mereka juga akan paling cepat pulih,” jelasnya.
Pada penutupan perdagangan hari ini, saham WTON ditutup pada harga Rp284 per saham, menguat 6,77 persen. Sementara itu, saham WEGE ditutup naik 5,06 persen ke level Rp187 per saham. Di sisi lain, saham WIKA ditutup menghijau 6,8 persen ke harga Rp1.335 per saham.