Bisnis.com, JAKARTA - Jumlah utang jatuh tempo yang besar membuat sejumlah perusahaan di Filipina mengikuti tren dunia dengan kembali menerbitkan obligasi.
Dilansir dari Bloomberg pada Senin (15/6/2020), perusahaan di Filipina memiliki nilai utang obligasi korporasi jatuh tempo sebesar US$8,3 miliar pada paruh kedua 2020. Jumlah ini akan membengkak menjadi US$16,4 miliar pada 2021 mendatang.
Tiga perusahaan, Ayala Corp (AC), JG Summit Holdings Inc (JGS), dan San Miguel Corp (SMC) akan menerbitkan obligasi korporasi dengan total nilai US$2,5 miliar. Ketiga perusahaan ini menjadi badan usaha terdaftar pertama di Filipina yang menerbitkan obligasi setelah pasar surat utang setempat terhenti akibat virus corona.
Perusahaan-perusahaan di Filipina akan memanfaatkan tingkat suku bunga yang masih rendah untuk menerbitkan obligasi. Hal ini dilakukan ditengah upaya bank sentral setempat yang akan menyerap lebih banyak surat utang seiring dengan pembukaan kembali kegiatan ekonomi di Filipina pada bulan ini.
Presiden China Bank Capital Corp Ryan Martin Tapia memperkirakan penerbitan obligasi akan kembali marak dalam beberapa bulan. Tren ini dinilai akan menjadi momentum positif dalam penerbitan obligasi korporasi pada semester II/2020.
"Meski demikian, efek ketidakpastian dari pandemi virus corona membuat tenor obligasi semakin pendek dan spread credit melebar," jelasnya.
Baca Juga
Pada kuartal II/2020, baru ada dua perusahaan Filipina yang menerbitkan obligasi. Operator Terminal International Container Terminal Sevices (ICT) pada 10 Juni lalu telah menerbitkan obligasi tenor 10 tahun senilai US$400 juta. Perusahaan lain yang telah menerbitkan surat utang adalah Rizal Commercial Banking Corp. Adapun perusahaan pengembang Robinson Land Corp (RLC) juga memiliki surat utang dalam pipeline nya.
Rendahnya suku bunga di Filipina dinilai akan menaikkan minat investor terhadap obligasi korporasi negara tersebut. Tingkat imbal hasil obligasi pemerintah Filipina dengan tenor 5 tahun telah turun ke level terendah dalam 7 tahun terakhir setelah adanya kucuran dana ke pasar surat berharga.
"Dengan suku bunga yang bergerak menurun, beberapa investor akan berpikir untuk mengunci tingkat imbal hasil obligasi yang dimiliki. Tetapi, hal ini amat bergantung pada spread kredit obligasi benchmark pemerintah," kata Chief Investment Officer di East West Banking Corp, Robert Ramos.
Meski demikian, hal ini tidak akan berlangsung lama. Guna menyerap dana berlebih di pasar obligasi, bank sentral Filipina akan kembali menawarkan deposito kepada perusahaan finansial dan menambah insentif pembelian kembali.
Sebanyak 1,1 triliun peso, atau US$22 miliar telah disuntikkan ke pasar finansial melalui sejumlah langkah seperti pemotongan suku bunga dan reserve requirement ratio.