Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih terseok-seok untuk melaju ke zona hijau hingga akhir sesi pertama perdagangan hari ini, Jumat (12/6/2020). Pelaku pasar disebut menaruh perhatian khusus pada perkembangan kasus baru infeksi virus corona (Covid-19).
Sejak pembukaan pasar, IHSG langsung terjun bebas menyentuh level terendahnya hari ini yakn 4712,07. Indeks kemudian terus bergerak di zona merah hingga parkir di level 44.831,77 atau 0,47 persen.
Dari seluruh saham yang diperdagangkan, hanya 112 saham yang menghijau. Sementara 283 saham memerah dan 138 lainnya terpantau stagnan atau tak beranjak dari posisinya.
Berdasarkan sektoral, hampir seluruh sektor melemah kecuali sektor aneka industri yang masih mampu bertahan dengan penguatan 0,66 persen. Dari jajaran sektor yang melemah, sektor agrikultur dan perdagangan jatuh paling dalam yakni -1,24 persen dan -1,17 persen.
Hingga penutupan sesi I, total transaksi bursa yang tercatat di seluruh pasar mencapai Rp6,24 triliun dengan aksi jual bersih asing menyentuh nilai Rp510,17 miliar.
Saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) menjadi yang paling banyak dilego asing. Masing-masing mencatat net foreign sell dengan nilai Rp220,5 miliar, Rp107,7 miliar, dan RP59,9 miliar.
Pergerakan harga saham kelompok berkapitalisasi jumbo atau big caps itu juga tertekan. TLKM tercatat turun 1,30 persen, BBCA terkoreksi 1,06 persen, dan BBRI melemah 0,34 persen.
Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengatakan pembukaan kembali ekonomi di beberapa kota besar di dunia termasuk di Indonesia yang ternyata memantik kenaikan pasien baru Covid-19 membuat pasar kembali khawatir.
Selain itu, aksi profit taking yang terjadi selama beberapa hari terakhir, setelah sebelumnya indeks reli cukup kencang, juga menjadi faktor pelemahan IHSG di pekan ini.
Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan sikap Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed, yang mengakui perlambatan pertumbuhan ekonomi AS juga semakin memicu kekhawatiran para pelaku pasar.
“Hal ini menyebabkan terjadinya kekhawatiran market terhadap kondisi perekonomian global yang tertekan,” katanya.
Di sisi lain, tambah Nafan, meningkatnya kasus Covid-19 juga merupakan sentimen negatif bagi pasar, di samping sinyal perang dagang AS-China yang menyebabkan penurunan permintaan di sektor komoditas.