Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks S&P 500 Selip, Saham Apple Dorong Nasdaq Tembus 10.000

Pergerakan indeks S&P 500 Amerika Serikat berakhir di zona merah pada perdagangan Selasa (9/6/2020), sedangkan indeks Nasdaq memperbarui rekor level penutupan tertingginya.
Pedagang bekerja di lantai bursa New York Stock Exchange./ Michael Nagle - Bloomberg
Pedagang bekerja di lantai bursa New York Stock Exchange./ Michael Nagle - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan indeks S&P 500 Amerika Serikat berakhir di zona merah pada perdagangan Selasa (9/6/2020), di tengah kekhawatiran bahwa penguatan aset berisiko telah jauh melampaui fakta soal prospek ekonomi.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks S&P 500 ditutup melemah 0,78 persen atau 25,21 poin ke level 3.207,18. Pada Senin (8/6/2020), indeks saham acuan AS ini menyentuh level tertinggi dalam 15 pekan sekaligus memangkas habis koreksinya sepanjang tahun ini.

Sejalan dengan S&P, indeks Dow Jones Industrial Average berakhir melorot 1,09 persen atau 300,14 poin ke level 27.272,30 pada Selasa.

Melawan pelemahan keduanya, indeks Nasdaq Composite mampu ditutup di zona hijau dengan kenaikan 0,29 persen atau 29,01 poin ke posisi 9.953,75 sekaligus memperbarui rekor level penutupan tertingginya.

Nasdaq bahkan sempat menembus level 10.000 ketika saham Apple melonjak menyusul kabar bahwa raksasa teknologi ini sedang bersiap untuk mengumumkan suatu peralihan ke prosesor utamanya sendiri pada komputer Mac. Saham Apple ditutup menguat 3,16 persen ke level 343,99.

Setelah rekor penguatan menambah nilai sebesar US$21 triliun ke dalam pasar saham global, indikator teknis menunjukkan penurunan harga yang melampaui batas waktunya.

Sentimen terhadap saham AS beralih ke kepercayaan ekstrem dari kekhawatiran yang sama ekstremnya dalam waktu kurang dari tiga bulan.

Hampir 300 saham di S&P 500 kini diperdagangkan dengan harga yang melampaui target konsensus yang ditetapkan oleh analis masing-masing perusahaan, menurut data yang dihimpun oleh Bloomberg. Ini menjadi perubahan cepat dari akhir Maret, ketika hanya dua saham dengan harga lebih tinggi dari perkiraan analis.

“Ketika kita mengalami pasar yang overbought, tidak akan butuh banyak hal untuk mengkonsolidasikan pasar,” kata Kepala Strategi Pasar di Prudential Financial Inc., Quincy Krosby.

“Entah itu pasar bergerak sideways atau mengalami penurunan sebesar 5 persen hingga 10 persen, akan ada sesuatu yang memastikan kita akan melihat kemunduran,” tambahnya, dilansir dari Bloomberg.

Kendati pelonggaran lockdown di seluruh dunia memicu penguatan saham dari posisi terendahnya, Bank Dunia memperingatkan ekonomi global akan terkontraksi hingga 5,2 persen tahun ini, angka resesi terdalam sejak Perang Dunia II.

Sementara itu, lowongan pekerjaan di AS merosot pada April ke level terendah sejak 2014 di tengah dampak pandemi Covid-19 yang menghancurkan terhadap pasar tenaga kerja.

Di pasar mata uang, Bloomberg Dollar Spot Index gagal mempertahankan rebound-nya dan turun 0,1 persen, koreksi hari ke-9 berturut-turut.

Pergerakan dolar AS selanjutnya akan tergantung pada keputusan bank sentral Federal Reserve AS yang diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya pada pertemuan kebijakan moneter yang berakhir Rabu (10/6) waktu setempat.

Sejalan dengan bursa AS, indeks Stoxx Europe 600 melemah 1,2 persen dan indeks MSCI Asia Pacific naik 0,7 persen. Di pasar komoditas, harga minyak mentah West Texas Intermediate naik 1,6 persen ke level US$38,80 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper