Bisnis.com, JAKARTA – Penurunan volume angkutan laut turut dirasakan oleh emiten pelayaran PT Temas Tbk. (TMAS).
Badan Pusat Statistik (BPS) melansir, volume angkutan kargo laut pada kuartal I/2020 meningkat 3,23 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2019, tetapi secara bulan ke bulan pada April terjadi penurunan volume 2,31 persen menjadi 24,91 juta ton dari capaian Maret 25,49 juta ton.
Terkait dengan hal tersebut, Corporate Secretary PT Temas Tbk. Marthalia Vigita mengatakan, penurunan angkutan laut juga dirasakan oleh perusahaannya kendati dalam jumlah yang tidak begitu signifikan.
“Karena kebanyakan muatan yang kami angkut adalah kebutuhan akan sandang, pangan dan papan,” ujarnya saat dihubungi Bisnis, Rabu (10/6/2020).
Ia melanjutkan, pihaknya juga belum dapat memastikan tren penurunan ini akan berlanjut. Meski demikian, TMAS terus memantau perkembangan hal-hal terkait dengan operasional perusahaan.
Sementara itu, terkait dengan rencana investasi, pada tahun ini TMAS berencana melakukan peremajaan kapal. Perseroan nantinya akan mengganti kapal yang sudah tidak efektif untuk digunakan dalam operasional dengan armada baru ataupun kapal tangan kedua (second). Meski demikian, Marthalia belum dapat menyebutkan jumlah pembelian atau anggaran yang disiapkan.
Baca Juga
“Terkait dengan rencana investasi ini kami akan mintakan persetujuannya nanti di Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS),” imbuhnya.
Berdasarkan laporan keuangan tahunan perseroan, perusahaan pelayaran ini membukukan kenaikan pendapatan jasa bersih sebesar 8,18 persen, yakni menjadi Rp2,51 triliun dari yang sebelumnya sebesar Rp2,32 triliun.
Kenaikan pendapatan disumbangkan dari seluruh sektor jasa. TMAS menorehkan pendapatan jasa pelayaran sebesar Rp1,68 triliun, naik dibandingkan dengan angka tahun 2018 sebesar Rp1,57 triliun.
Dari jasa bongkar muat, TMAS juga mencetak pertumbuhan 5,2 persen. Pada 2019, penerimaan TMAS dari sektor ini sebesar Rp921,71 miliar berbanding Rp875,5 miliar pada 2018.
Seiring dengan kenaikan penerimaan, perseroan juga turut menikmati pertumbuhan laba bersih. Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk adalah sebesar Rp93 miliar, atau naik 169,7 persen dibandingkan dengan tahun 2018 senilai Rp34,48 miliar.