Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Terguling, Sektor Pertanian Tahan Indeks di Atas Level 5.000

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) gagal memperpanjang relinya dan mengakhiri pergerakan pada perdagangan hari ini, Selasa (9/6/2020), di zona merah.
Pengunjung menggunakan smarphone memotret layar monitor yang menampilkan pergerakan perdagangan harga saham di lantai PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Kamis (12/3/2020). Dalam perdagangan saham sesi, Kamis (12/3/2020), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 5,01 persen ke level 4.895,748 pada pukul 15:33 WIB. Secara otomatis, perdagangan di Bursa Efek Indonesia pun mengalami suspensi. Bisnis/Dedi Gunawan
Pengunjung menggunakan smarphone memotret layar monitor yang menampilkan pergerakan perdagangan harga saham di lantai PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Kamis (12/3/2020). Dalam perdagangan saham sesi, Kamis (12/3/2020), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 5,01 persen ke level 4.895,748 pada pukul 15:33 WIB. Secara otomatis, perdagangan di Bursa Efek Indonesia pun mengalami suspensi. Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) gagal memperpanjang relinya dan mengakhiri pergerakan pada perdagangan hari ini, Selasa (9/6/2020), di zona merah.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pergerakan IHSG ditutup di level 5.035,05 dengan koreksi 0,7 persen atau 35,51 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Senin (8/6/2020), IHSG berhasil menembus level psikologis 5.000 dan berakhir di level 5.070,56 dengan lonjakan 2,48 persen atau 122,78 poin, kenaikan hari kedua sejak Jumat (5/6/2020).

Sebelum berbalik terkoreksi, indeks sempat lanjut menguat lebih dari 1 persen bahkan menembus level 5.100 pada Selasa. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak fluktuatif dalam kisaran 5.023,77 – 5.139,41.

Sebanyak 7 dari 10 sektor pada IHSG ditutup di wilayah negatif, dipimpin industri dasar (-1,97 persen) dan properti (-1,93 persen). Tiga sektor lainnya mampu menguat, dipimpin pertanian (+3,69 persen).

Tercatat 201 saham menguat, 257 saham melemah, dan 127 saham berakhir stagnan. Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang masing-masing turun 1,6 persen dan 2,7 persen menjadi penekan utama IHSG.

Di sisi lain, saham PT Sinar Mas Multiartha Tbk. (SMMA) dan PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) yang masing-masing naik 7,7 persen dan 1,2 persen menjadi pendorong utama.

Adapun total transaksi yang tercatat sepanjang perdagangan hari ini mencapai Rp11,65 triliun. Investor asing tercatat masih net buy Rp275,01 miliar.

Namun, ada sejumlah saham big caps yang paling banyak dilego asing, antara lain saham PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) dengan net sell sebesar Rp204,2 miliar, PT Media Nusantara Citra Tbk. (MNCN) Rp84,4 miliar, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) Rp79 miliar, dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Rp30,2 miliar.

Menurut Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada, pergerakan IHSG terbebani aksi profit taking setelah membukukan penguatan belakangan ini yang didukung oleh berbagai sentimen positif terhadap ekonomi, baik dari dalam maupun luar negeri.

Indeks saham lain di Asia berakhir variatif antara zona positif dan negatif. Indeks Nikkei 225 dan Topix Jepang masing-masing turun 0,38 persen dan 0,14 persen, sedangkan indeks S&P/NZX 20 Selandia Baru anjlok 2,31 persen setelah melonjak sekitar 3 persen pada Senin (8/6).

Sebaliknya, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China masing-masing mampu berakhir menguat 0,62 persen, indeks Hang Seng Hong Kong naik tajam 1,13 persen, dan Kospi Korea Selatan naik 0,21 persen.

Dengan saham global rebound ke level yang dialami pada Februari, kekhawatiran bahwa rebound ini telah jauh melampaui fakta soal pemulihan ekonomi terus membebani investor.

Bank Dunia memperkirakan produk domestik bruto (PDB) global akan terkontraksi hingga 5,2 persen tahun ini, angka resesi terdalam sejak Perang Dunia II. Akibatnya, pendapatan dapat berkurang dan jutaan orang dapat terjun ke dalam jurang kemiskinan di banyak negara.

“Ada banyak hal tidak diketahui yang sedang kita hadapi meskipun faktanya normalisasi kegiatan ekonomi masih berjalan. Masih ada banyak faktor yang tidak diketahui,” ujar Senior Fund Manager di Value Partners, Frank Tsui, dikutip dari Bloomberg.

Di pasar mata uang, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mampu memangkas sebagian besar pelemahannya hari ini dan berakhir terdepresiasi tipis 5 poin atau 0,04 persen ke level Rp13.890 per dolar AS, setelah bergerak di kisaran level Rp13.885 – Rp14.012 per dolar AS.

Tabel Kinerja Indeks Sektoral Selasa (9/6/2020)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper