Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Jatuh Usai Israel Serang Iran, Emas & Minyak Melonjak

Bursa Asia jatuh seiring dengan serangan balasan Israel ke pangkalan militer Iran hari ini, Jumat (19/4/2024). Di sisi lain, harga emas dan minyak melonjak.
Bursa Asia jatuh seiring dengan serangan balasan Israel ke pangkalan militer Iran hari ini, Jumat (19/4/2024). Di sisi lain, harga emas dan minyak justru melonjak./Bloomberg
Bursa Asia jatuh seiring dengan serangan balasan Israel ke pangkalan militer Iran hari ini, Jumat (19/4/2024). Di sisi lain, harga emas dan minyak justru melonjak./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Saham-saham Asia dan imbal hasil obligasi merosot pada pada perdagangan Jumat (19/4/2023), seiring dengan serangan balasan Israel ke pangkalan militer Iran hari ini. Di sisi lain mata uang safe-haven, seperti emas dan minyak mentah justru melonjak karena investor khawatir konflik di Timur tengah akan meluas.

Mengutip Reuters, indeks Nikkei Jepang (.N225) turun 2,4% pada perdagangan sesi I hari ini, sedangkan saham acuan Taiwan (.TWII) turun 3,5%. Hang Seng Hong Kong (.HSI) 1,2%.

Indeks MSCI untuk saham Asia-Pasifik (.MIAP00000PUS) turun 2%, setelah sebelumnya merosot sebanyak 2,6%, dan bursa berjangka AS melemah 1%, menelusuri kembali penurunan awal sebesar 1,7%.

Iran mengatakan pihaknya menembak jatuh beberapa drone dan tidak ada serangan rudal, setelah ledakan terdengar di dekat pusat kota Isfahan, dekat dengan beberapa lokasi nuklir. Reaktor-reaktor tersebut tidak rusak, lapor TV pemerintah.

ABC News melaporkan sebelumnya bahwa rudal Israel menghantam sebuah lokasi di Iran. Kekhawatiran akan respons Iran mereda setelah militer Israel mengatakan bahwa sirene peringatan yang dibunyikan pada Jumat pagi di Israel utara adalah peringatan palsu.

Yield obligasi jangka panjang AS terakhir turun 9 basis poin (bps) menjadi 4,5567%, setelah sebelumnya turun sebanyak 15 bps. Yen yang merupakan safe-haven telah menguat sebanyak 0,7% terhadap dolar, namun terakhir naik sekitar 0,3%. Franc Swiss menguat sekitar 0,6% terhadap dolar, mengurangi kenaikan sebelumnya sebesar 1,2%.

Emas menguat 0,6%, namun sebelumnya naik sebanyak 1,7% pada US$2,417.59, tidak jauh dari level tertinggi sepanjang masa minggu lalu di US$2,431.29.

“Kurangnya kejelasan mengenai.. apa yang mungkin dilakukan Iran selanjutnya akan membuat investor gelisah dan pasar bergejolak saat ini, pada saat investor juga dihadapkan pada inflasi yang signifikan dan ketidakpastian suku bunga,” kata Vasu Menon, direktur pelaksana strategi investasi. di OCBC.

Minyak Brent berjangka melonjak sebanyak 4,2%% di tengah kekhawatiran pasokan Timur Tengah akan terganggu, namun terakhir naik 2,4% pada US$89,22. Iran adalah produsen minyak terbesar ketiga di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), menurut data Reuters.

Bitcoin turun sebanyak 6,2% ke level terendah 1-1/2 bulan di US$59,590.74, sebelum terakhir diperdagangkan sekitar 2,7% lebih rendah pada US$61,842.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah bersumpah akan melakukan pembalasan awal pekan ini setelah Iran meluncurkan ratusan drone dan rudal dalam serangan langsung yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel pada 13 April.

Serangan itu merupakan respons terhadap dugaan serangan Israel pada tanggal 1 April di kompleks kedutaan Iran di Suriah yang menewaskan komandan senior militer Iran.

Seorang sumber yang mengetahui hal tersebut mengatakan Israel telah memberi tahu Amerika Serikat terlebih dahulu mengenai serangannya terhadap Iran.

Pasar ekuitas sudah mengarah lebih rendah sebelum berita utama di Timur Tengah, karena data ekonomi AS yang lebih kuat mendorong pejabat Federal Reserve tambahan untuk memberi sinyal agar tidak terburu-buru menurunkan suku bunga.

Saham-saham sektor chip sangat terpukul oleh prospek kebijakan moneter ketat yang berlarut-larut dan kekecewaan investor terhadap keputusan Taiwan Semiconductor Manufacturing Co (2330.TW) yang tidak mengubah rencana belanja modal.

Sahamnya merosot sebanyak 6,6%. Sehari sebelumnya, ASML (ASML.AS) pemasok peralatan terbesar untuk pembuat chip komputer, melaporkan pemesanan baru yang kurang memuaskan.

"Semacam pukulan tiga kali lipat bagi pasar, karena sikap hawkish The Fed terus meningkat dari hari ke hari dan pendapatan semikonduktor sejauh ini gagal," kata Charu Chanana, kepala strategi mata uang di Saxo.

"Yang lebih penting lagi, risiko geopolitik telah meningkat lagi... dan sentimen risiko bisa tetap lemah karena kita menunggu rincian lebih lanjut mengenai kerusakan dan korban jiwa."

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Ibad Durrohman
Editor : Ibad Durrohman
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper