Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Momentum Aset Berisiko Melambat, Bursa Eropa Fluktuatif

Bursa Eropa bergerak fluktuatif pada awal perdagangan hari ini, Selasa (9/6/2020), sementara dolar AS rebound saat momentum untuk aset-aset berisiko melambat.
Bursa Efek paris./Christope Morin - Bloomberg
Bursa Efek paris./Christope Morin - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Eropa bergerak fluktuatif pada awal perdagangan hari ini, Selasa (9/6/2020), sementara dolar AS rebound saat momentum untuk aset-aset berisiko melambat.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Stoxx Europe 600 bergerak fluktuatif pukul 8.17 pagi waktu London (pukul 14.17 WIB). Pada saat yang sama, kontrak berjangka indeks S&P 500 Amerika Serikat turun 0,2 persen.

Pada perdagangan Senin (8/6/2020), indeks saham acuan S&P 500 mampu ditutup menguat 1,20 persen atau 38,46 poin ke level 3.232,39 sekaligus memperpanjang kenaikannya dari level terendah pada Maret menjadi hampir 45 persen.

Reli bursa AS pada Senin mampu menambah kenaikan untuk bursa Asia siang ini. Indeks MSCI Asia Pacific dilaporkan menguat 0,7 persen.

Di pasar mata uang, Bloomberg Dollar Spot Index naik 0,2 persen, kenaikan pertama dalam sembilan sesi perdagangan terakhir. Sementara itu, nilai tukar pound sterling turun 0,4 persen menjadi US$1,2697, dan yen Jepang menguat 0,4 persen ke level 108,05 per dolar AS.

Di pasar komoditas, harga minyak patokan global Brent bergerak ke level US$40,82 per barel dan harga emas di pasar spot diperdagangkan di US$1.697,79 per troy ounce.

Dilansir Bloomberg, indeks Stoxx Europe 600 dibuka di posisi lebih rendah seiring dengan melemahnya saham perusahaan perbankan.

Dengan saham global rebound ke level yang dialami pada Februari, kekhawatiran bahwa rebound ini telah jauh melampaui fakta soal pemulihan ekonomi terus membebani investor.

Bank Dunia memperkirakan produk domestik bruto (PDB) global akan terkontraksi hingga 5,2 persen tahun ini, angka resesi terdalam sejak Perang Dunia II. Akibatnya, pendapatan dapat berkurang dan jutaan orang dapat terjun ke dalam jurang kemiskinan di banyak negara.

“Ada banyak hal tidak diketahui yang sedang kita hadapi meskipun faktanya normalisasi kegiatan ekonomi masih berjalan. Masih ada banyak faktor yang tidak diketahui,” ujar Senior Fund Manager di Value Partners, Frank Tsui, dilansir dari Bloomberg.

Di sisi kebijakan, Federal Reserve berkomitmen untuk memperluas Program Pinjaman Main Street guna mengaet lebih banyak perusahaan untuk berpartisipasi dan mengurangi beban perbankan. Langkah ini dilakukan menjelang pertemuan kebijakan moneter bank sentral AS ini.

Investor akan mencari tahu apakah para pembuat kebijakan kemungkinan akan berkomitmen kembali untuk menggunakan berbagai alat yang dimiliki demi mendukung ekonomi AS dan pasar sekuritas selama pandemi Covid-19.

Dalam pertemuan kebijakan moneter yang berakhir Rabu (10/6/2020) waktu setempat, The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya di kisaran level nol persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper