Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Begini Strategi Emiten Batu Bara Atasi Permintaan Domestik yang Seret

perti ini tentunya akan semakin memacu perseroan untuk melakukan penetrasi mencari dan mengembangkan destinasi market baru,” ujar Hadis kepada Bis
Aktivitas kontrak pertambangan PT Petrosea Tbk. Anak usaha Indika Energy ini memiliki pengalaman 48 tahun di bidang kontraktor pertambangan./petrosea.com
Aktivitas kontrak pertambangan PT Petrosea Tbk. Anak usaha Indika Energy ini memiliki pengalaman 48 tahun di bidang kontraktor pertambangan./petrosea.com

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten batu bara kembali mendapatkan tambahan tantangan bisnis pada tahun ini seiring dengan serapan batu bara domestik yang diprediksi lebih lemah daripada perkiraan pasar. Belum lagi, harga batu bara yang juga masih dalam tekanan mendorong emiten menyiapkan strategi untuk menopang kinerja.

Sekretaris Perusahaan PT Bukit Asam Tbk. Hadis Surya Palapa mengatakan bahwa sepanjang kuartal berjalan, kinerja penjualan perseroan diperkirakan tidak sebaik tahun sebelumnya. Kondisi itu dipersulit dengan permintaan dan harga yang terus terkoreksi.

Bahkan, Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) memperkirakan permintaan batu bara domestik hanya mencapai 100 juta ton atau lebih rendah dari target yang ditetapkan pemerintah sebesar 155 juta ton. Padahal, pasar dalam negeri telah berkontribusi sekitar 60-65 persen daripada total keseluruhan penjualan perseroan.

“Dinamika yang terjadi seperti ini tentunya akan semakin memacu perseroan untuk melakukan penetrasi mencari dan mengembangkan destinasi market baru,” ujar Hadis kepada Bisnis, Jumat (5/6/2020).

Sebelumnya, emiten berkode saham PTBA itu tengah membidik pasar yang sedang berkembang seperti Brunei Darussalam, Thailand, Vietnam, Hongkong, atau Korea Selatan sebagai penopang penjualan di kuartal II/2020.

Kendati demikian, Hadis memperkirakan kinerja operasional perseroan masih berpotensi dicatatkan dengan baik. Dia menjelaskan kemungkinan produksi dan angkutan batu bara pada April secara year on year akan tetap meningkat.

Perseroan pun sampai saat ini masih mempertahankan target dan panduan kerja yang sudah ditetapkan pada awal tahun ini, meskipun banyak sentimen yang menekan kinerja.

Sementara itu, Head of Corporate Communications PT Indika Energy Tbk. Ricky Fernando mengatakan bahwa perkiraan penurunan permintaan batu bara domestik tidak begitu menjadi masalah besar bagi perseroan.

“Kami mengalokasikan sekitar 29 - 30 persen produksi batubara kami untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, di mana sebagian besar sudah memiliki kontrak jangka panjang dengan kami,” ujar Ricky kepada Bisnis.

Emiten berkode saham INDY itu akan fokus terhadap efisien produksi dan mengendalikan biaya operasional untuk memperbaiki kinerja di tengah banyaknya tantangan akibat Covid-19, termasuk harga batu bara yang dalam tekanan.

Senada, Head of Corporate Communication Division PT Adaro Energy Tbk. Febriati Nadira mengatakan bahwa di tengah tekanan permintaan dalam negeri, perseroan akan tetap melakukan kegiatan operasi sesuai rencana di tambang-tambang milik perusahaan dan mempertahankan kinerja yang solid melalui model bisnis terintegrasi. 

Padahal, Asia Tenggara tetap menjadi tujuan penjualan utama perseroan, yaitu meliputi 47 persen dari volume penjualan kuartal pertama tahun ini, di mana Indonesia dan Malaysia merupakan dua pasar terbesar emiten berkode saham ADRO ini.

“Strategi bisnis kami untuk bisnis batubara yaitu mempertahankan strategi penambangan yang optimal dan operasi efisien dengan tetap melindungi kesehatan dan keselamatan para karyawan,” ujar Febriati kepada Bisnis.

Perseroan pun juga masih mempertahankan panduan kerja yang ditetapkan pada tahun ini, seperti target produksi di kisaran 54 juta-58 juta ton, EBITDA operasional di kisaran US$900 juta hingga US$1,2 miliar, dan belanja modal di kisaran US$300 juta hingga US$400 juta.

Kendati permintaan dalam negeri menjadi sentimen negatif baru untuk emiten batu bara, Analis Mirae Asset Sekuritas Andy Wibowo Gunawan meyakini bahwa permintaan batu bara di China dapat menopang kinerja seiring dengan terdapat investasi baru dari kapasitas pembangkit listrik termal di China.

“Kami mencatat bahwa kapasitas pembangkit listrik termal tahun baru China 2019 yang baru diinvestasikan meningkat menjadi 226,1 juta Kwh atau naik 8,6 persen secara year on year,” ujar Andy dikutip dari publikasi risetnya.

Mirae Asset Sekuritas Indonesia meningkatkan posisinya di sektor batubara dari Netral menjadi Overweight karena peringkat investasi untuk dua perusahaan batubara di bawah cakupan kami, ADRO dan ITMG adalah Trading Buy. Sementara itu, kami merekomendasikan Hold untuk saham PTBA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper