Bisnis.com, JAKARTA – Kebijakan pemerintah untuk memulai kondisi kenormalan baru atau new normal dinilai tidak akan serta merta membuat emiten properti tancap gas untuk ekspansi.
Presiden Direktur PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) Johannes Suriadjaja mengatakan bakal mulai membuka unit usaha hotelnya Gran Melia Jakarta. SSIA, lanjutnya, merencanakan pembukaan pada awal Juni mendatang.
Kendati demikian, kenormalan baru tidak akan langsung mengerek kinerja perseroan. Johannes menyebut, kinerja perseroan baru akan terdorong pada Juli 2020. Johannes mengatakan unit bisnis perhotelan SSIA membukukan pendapatan sebesar Rp142,9 miliar kuartal I/2020 turun 15,1 persen dibandingkan dengan tahun lalu Rp168,2 miliar.
“Belum [akan naik di awal new normal] kelihatannya akan mulai pick up nanti di bulan Juli. Saya rasa Juni masih belum ada banyak pergerakan di unit usaha kami,” katanya kepada Bisnis pada Jumat (29/5).
Untuk diketahui, SSIA memiliki tiga pilar utama bisnis yakni lahan industri, perhotelan dan konstruksi.
Johannes meyakini kondisi saat ini bersifat temporer sampai virus Covid-19 dapat ditangani seperti halnya wabah SARS pada 2003 lalu.
Baca Juga
Selain bisnis hotel, SSIA menargetkan untuk tetap memesan 80 hektar penjualan tanah aset real estat dari fase-4 di Kota Industri Suryacipta, Karawang pada kuartal III/2020. Perseroan juga berharap untuk mendapatkan komitmen penjualan tanah pada akhir kuartal III/2020.
Sementara itu, Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi PT Intiland Development Tbk., Archied Noto Pradono mengatakan perseroan belum akan melakukan ekspansi atau menambah proyek baru. Menurutnya Intiland bakal fokus merampungkan proyek berjalan.
“Kami masih amati dan coba dengan proyek yang berjalan dulu,” katanya.
Sebelumnya, perseroan mematok target marketing sales tahun ini senilai Rp2,5 triliun. Selain itu, perseroan akan fokus pada upaya meningkatkan kinerja penjualan dari inventori atau stok produk di proyek-proyek berjalan.
Perseroan terus mengeksplorasi semua peluang pasar, termasuk ke segmen konsumen menengah ke bawah yang masih cenderung bergerak dengan target utama para pembeli akhir.