Bisnis.com, JAKARTA - Sebanyak tiga emiten tambang batu bara kakap dalam negeri diproyeksi mengalami risiko penurunan dividend per share atau dividen per saham (DPS) di tengah tantangan bisnis akibat sentimen pandemi Covid-19.
Mengutip publikasi riset JPMorgan, keberlanjutan pembagian dividen oleh emiten tambang dinilai semakin penting bagi investor dalam beberapa tahun terakhir.
JP Morgan melihat keberlanjutan pembagian dividen dari emiten tambang logam saat ini cenderung lebih royal dibandingkan dengan pembagian dividen oleh emiten tambang energi.
Hal itu disebabkan oleh penurunan tajam dari harga dan permintaan minyak mentah global yang menekan kinerja emiten tambang energi pada 2020.
Tahun ini, dilihat dari seluruh Asia, rata-rata dividend yield untuk emiten tambang energi diperkirakan hanya sebesar 1 persen, lebih rendah 3 poin persentase dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya sebesar 4 persen.
Sementara itu, rata-rata perkiraan dividend yield untuk emiten tambang logam di Asia tahun ini hanya berkurang 1 poin persentase menjadi 5 persen, dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya sebesar 6 persen.
Di Indonesia, JP Morgan menilai tiga tambang batu bara kakap, PT Adaro Energy Tbk. (ADRO), PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG), dan PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) tidak luput dari risiko penurunan DPS yang mayoritas dikarenakan lemahnya harga batu bara di tengah pandemi Covid-19.
Pada 2020, ITMG diproyeksi memiliki DPS sebesar Rp0,090 per saham dengan dividen yield sebesar 16,1 persen. Pada tahun selanjutnya, DPS diproyeksi turun menjadi Rp0,080 per saham dengan dividen yield 13,6 persen. Risiko penurunan itu juga disebabkan oleh sticky cost yang lebih tinggi.
Kemudian, PTBA diproyeksi memiliki DPS Rp228,55 per saham dengan dividen yield 13 persen. Pada tahun selanjutnya DPS diproyeksi turun menjadi Rp198,2 per saham dengan dividen yield 10,9 persen. Risiko penurunan juga disebabkan oleh depresiasi nilai tukar rupiah.
Sementara itu, ADRO diproyeksi memiliki DPS sebesar Rp0,010 per saham dengan dividen yield sebesar 7,2 persen. Kendati mendapatkan risiko dari lemahnya harga batu bara, hanya emiten milik Garibaldi Thohir tersebut yang diprediksi tidak mengalami penurunan DPS dan dividen yield pada tahun selanjutnya