Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ketegangan AS-China Warnai Sentimen, Penguatan Wall Street Melandai

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 2,17 persen atau 529,95 poin ke level 24.995,11.
Pedagang bekerja di lantai bursa New York Stock Exchange./ Michael Nagle - Bloomberg
Pedagang bekerja di lantai bursa New York Stock Exchange./ Michael Nagle - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat bearkahir enguat pada perdagangan Selasa (26/5/2020), meskipun laju tertahan oleh perkembangan terbaru ketegangan AS-China.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 2,17 persen atau 529,95 poin ke level 24.995,11.

Sementara itu, indeks Nasdaq ditutup menguat 0,17 persen atau 15,64 poin ke level 9.340,22, sedangkan indeks S&P 500 menguat 1,23 persen ke level 2.991,77.

Indeks sempat menguat ke level tertinggi dalam 11 bulan terakhir, namun penguatan mereda, terseret saham produsen chip yang terpapar ke China menyusul laporan bahwa pemerintahan Trump tengah mempertimbangkan sanksi terhadap para pejabat China.

Laporan itu menunjukkan bahwa Departemen Keuangan akan menerapkan kontrol pada transaksi dan membekukan aset pejabat dan bisnis China karena Beijing berencana menerapkan undang-undang keamanan nasional baru yang akan membatasi hak dan kebebasan warga negara Hong Kong. Sementara yen berfluktuasi.

Data ekonomi terbaru menunjukkan bahwa pelonggaran pembatasan meningkatkan kegiatan ekonomi di AS. Investor keluar dari liburan akhir pekan dalam suasana risk-on, meskipun ketegangan antara AS dan China terus memanas.

Beijing mengecam Washington karena menambahkan 33 perusahaan asal China ke daftar hitam perdagangan, tetapi tidak mengumumkan langkah pembalasan.

Sementara itu, China berusaha meyakinkan Hong Kong bahwa peradilannya akan tetap independen di bawah undang-undang keamanan nasional yang baru.

Di sisi lain, tanda bahwa tingkat infeksi virus corona mulai mereda memberikan sentimen positif terhadap pasar. Pemerintah Jepang mengakhiri keadaan darurat nasionalnya pada Senin, sementara Jerman mencatat penurunan jumlah kasus virus baru.

Tanda-tanda bahwa lebih banyak stimulus di negara-negara zona euro juga membantu mendukung minat terhadap aset berisiko.

"Narasi untuk pasar agak bergeser, dengan harapan terkait dengan dilonggarkannya pembatasan dan lockdown di banyak negara dan harapan tinggi atas pengembangan vaksin, yang diseimbangkan dengan meningkatnya ketegangan AS-China," kata kepala ekonom dan analis global di ADM Investor Services, Marc Ostwald, seperti dikutip Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper