Bisnis.com, JAKARTA – Emiten baja dan industri turunannya menghadapi tantangan berat selama pandemi Covid-19, baik dari sisi operasional hingga penurunan permintaan secara signifikan.
Direktur Komersial PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Purwono Widodo menyatakan bahwa pemintaan baja hingga akhir Maret sudah turun sektiar 20 persen. Penurunan kian dalam saat masuk ke periode April—Mei 2020.
“Pada april turun 40 persen—50 persen, dan pada Mei ini turun sekitar 60 persen—70 persen. Namun demikian, konsumen industri hilir, masih optimistis bahwa pasar akan kembali bergairah setelah lebaran atau Juni,” ujarnya, Rabu (20/5/2020).
Menurutnya, untuk meopang industri baja selama pandemi ini, harus ada beberapa penyempurnaan aturan dari regulator. Di antaranya, terkait dengan penerapan standar nasional indonesia (SNI) untuk produk impor, relaksasi harga energi, dan juga pelonggaran pembatasan sosial berskala besar.
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim juga menambahkan bahwa semestinya penyedian energi gas, yakni PT Perusahaan Gas Negara (PGN), bisa melakukan efisiensi untuk menekan harga jual gas.
“Biaya operasional di kami saja bisa turun 38 persen selama restrukturisasi dan efisiensi. Baik itu di PGN dan Pertamina ada ruang untuk efisiensi, tinggal bantuan pemerintah, teriaki terus, saya yakin akan turun [harga],” ujarnya, Rabu (20/5/2020).
Baca Juga
Sementara itu, Wakil Direktur Utama PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk. Tedja Sukmana menjelaskan bahwa penurunan penjualan pada April mencapai 30 persen, dan semakin parah menjadi 50 persen pada Mei.
Dia menjelaskan salah satu segmen penjualan pipa baja yang paling menurun adalah pasokan ke industri otomotif. Hal ini disebabkan oleh banyaknya pabrikan otomotif yang tutup mulai April.
“Memang kalau lihat dari beberapa sektor, ada beberapa industri yang teradampak, contohnya suplai ke pipa ototmotif, karena pabriknya dari april sudah tutup terjadi penurunan.Kami harapkan Juni sudah bisa mulai lagi,” ujarnya, Rabu (20/5/2020).
Penurunan permintaan juga terjadi pada segmen penjualan ke industri konstruksi, khususnya bangunan tinggi di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Menurutnya, pemberlakuan PSBB membuat pengerjaan proyek banyak mengalami penundaan yang berimbas pada permintaan pipa baja.
Sejalan dengan itu, permintaan dari proyek infrastruktur juga menurun. Namun, karena kebanyakan proyek infrastrutkur relatif masih berjalan di tengah pandemi, penurunannya tidak sedalam industri otomotif dan konstruksi.
Terakhir, menurutnya, penjualan di segmen ritel juga mengalami hal serupa. Hal ini terjadi seiring menguatnya indikasi penurunan daya beli masyarakat. Sehingga, banyak perusahaan yang menunda rencana pembelian.
Kendati demikian, dia mengharapkan pemerintah bisa memberikan relaksasi kepada industri baja agar bisa pulih dengan cepat. Dia memperkirakan apabila segala permintaan pelaku industri dipenuhi, kemungkinan pasar baja bisa pulih pada kuartal IV 2020.
“Yua itu mudah-mudahan lah dengan adanya relaksasasi dan sebagianya, mungkin baru kuartal IV bisa pulih, tapi kami harapkan kuartal III juga sudah lebih baik dibandingkan kuartal II ini,” ujarnya.