Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil memangkas sebagian besar koreksinya dan berakhir sedikit di atas level 4.500 pada perdagangan hari ini, Jumat (15/5/2020).
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), pergerakan IHSG ditutup di level 4.507,61 dengan koreksi tipis 0,14 persen atau 6,23 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Kamis (14/5/2020), IHSG berakhir di level 4.513,88 dengan pelemahan sekitar 0,89 persen atau 40,52 poin, koreksi hari ketiga berturut-turut.
Padahal, indeks sempat terjerembap ke level 4.400-an meskipun mengawali perdagangan hari ini di zona hijau dengan penguatan 0,41 persen atau 18,36 poin ke level 4.532,19. Sepanjang perdagangan hari ini, indeks bergerak super fluktuatif dalam kisaran 4.460,27–4.540,42.
Sebanyak 3 dari 10 sektor pada IHSG ditutup di wilayah negatif, dipimpin finansial (-2,67 persen). Tujuh sektor lainnya mampu menguat sekaligus membatasi koreksi IHSG, dipimpin aneka industri (+2,53 persen) dan barang konsumsi (+1,89 persen).
Tercatat 149 saham menguat, 221 saham melemah, dan 166 saham berakhir stagnan. Saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) yang masing-masing turun 2,7 persen dan 4,7 persen menjadi penekan utama pergerakan IHSG.
Baca Juga
Menurut Direktur PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya, IHSG masih dibayangi sentimen negatif dari pasar global dan regional yang terlihat sedang berada dalam tekanan.
Selain itu, rilis data perekonomian neraca perdagangan dan kinerja emiten kuartal pertama turut menjadi sentimen bagi pola gerak IHSG hingga beberapa waktu mendatang.
“Momentum koreksi wajar masih dapat dimanfaatkan oleh investor untuk melakukan akumulasi pembelian dengan target jangka pendek berkategori trading harian,” papar William dalam riset harian yang diterima Bisnis.
Seperti diberitakan, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan April 2020 mengalami defisit US$350 juta.
BPS menilai defisit pada April 2020 sebesar US$350 juta jauh lebih baik dibandingkan dengan posisi tahun sebelumnya yang mencapai US$2,3 miliar.
"Defisit ini jauh lebih landai dari April 2019," ujar Kepala BPS Kecuk Suhariyanto, Jumat (15/5).
Alhasil, defisit ini membuat posisi neraca perdagangan periode Januari- April 2020 mengalami surplus sebesar US$2,25 miliar.
Berbanding terbalik dengan IHSG, nilai tukar rupiah berhasil membalik pelemahannya dan berakhir terapresiasi 25 poin atau 0,17 persen ke level Rp14.860 per dolar AS dari level Rp14.885 pada perdagangan Kamis (14/5).
Sementara itu, indeks saham lain berakhir variatif, dengan indeks Nikkei 225 dan Topix Jepang masing-masing naik 0,62 persen dan 0,50 persen, sedangkan S&P/ASX 200 Australia menanjak 1,43 persen.
Sebaliknya, indeks Shanghai Composite China dan Hang Seng Hong Kong turun tipis 0,07 persen dan 0,14 persen. Adapun, indeks S&P/NZX 20 Selandia Baru terkoreksi 0,31 persen.
Bursa Asia pada umumnya mampu bergerak positif bersama bursa Eropa pascarilis data yang menunjukkan rebound dalam produksi industri China meskipun penjualan ritel turun lebih dalam dari ekspektasi.
National Burreau of Statistics (NBS) mencatat produksi industri naik 3,9 persen pada April 2020 dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya, bangkit dari penurunan 1,1 persen yang tercatat pada Maret.
Kemudian, investasi aset tetap turun 10,3 persen pada periode Januari-April 2020, lebih rendah dibandingkan periode Januari-Maret yang turun hingga 16,1 persen. Adapun, penjualan ritel turun 7,5 persen, lebih dalam dibandingkan proyeksi penurunan sebesar 6 persen.
Peningkatan aktivitas industri mengisyaratkan bahwa upaya stimulus pemerintah mulai membuahkan hasil, meskipun belum cukup jika dibandingkan dengan negara lain.
"Secara keseluruhan, kumpulan data ini hanya menunjukkan perbaikan kecil dan bertahap dalam kegiatan ekonomi, yang dapat mengganggu pasar karena China dipandang sebagai ekonomi yang 'pertama keluar' dari Covid-19," kata Iris Pang, kepala ekonom wilayah China di ING, seperti dikutip Bloomberg.
Di sisi lain, ketegangan AS-China yang berkobar telah menambah catatan kehati-hatian untuk pasar bulan ini setelah reli tajam mengangkat harga saham di seluruh dunia.
Dalam wawancara dengan Fox Business Network pada Kamis (14/5), Presiden Donald Trump mengatakan dia tidak ingin berbicara dengan Presiden China Xi Jinping untuk saat ini dan berpikir tentang memutuskan hubungan dagang.
Trump juga mengatakan sedang memeriksa perusahaan-perusahaan China yang berdagang di NYSE dan bursa Nasdaq tetapi tidak mengikuti aturan akuntansi AS.
Saham-saham penekan IHSG: | |
---|---|
Kode | Penurunan (persen) |
BBCA | -2,7 |
BBRI | -4,7 |
BMRI | -4,8 |
BBNI | -5,6 |
Saham-saham pendorong IHSG: | |
---|---|
Kode | Kenaikan (persen) |
UNVR | +3,3 |
HMSP | +3,6 |
BRPT | +6,5 |
ASII | +3,9 |
Sumber: BEI