Bisnis.com, JAKARTA – Emiten lahan industrial PT Surya Semesta Internusa Tbk. mencatatkan rugi bersih sebesar Rp17,41 miliar pada kuartal I/2020.
Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu terjadi kenaikan rugi bersih sebesar 60,17 persen dari posisi Rp10,87 miliar. Dengan begitu rugi bersih per saham yang dapat diatribusikan juga meningkat dari posisi Rp2,34 menjadi Rp3,75.
Padahal dari sisi pendapatan, emiten berkode saham SSIA itu tercatat membukukan pertumbuhan 7,08 persen. Penjualan triwulan pertama tahun ini sebesar Rp882,04 miliar sedangkan tahun sebelumnya Rp823,71 miliar.
Naiknya pendapatan ditopang oleh segmen jasa konstruksi sebesar Rp652,14 miliar sedangkan tahun sebelumnya Rp583,40 miliar. Segmen hotel Rp142,87 miliar, sewa parkir & utilitas Rp73,67 miliar, dan segmen tanah kawasan industri Rp13,35 miliar.
Hanya saja, beban-beban ikut tumbuh melebihi pendapatan yang menekan bottom line perseroan. Beban pokok tercatat naik 10,88 persen menjadi Rp703,18 miliar, beban pajak 9,05 persen menjadi Rp22,42 miliar dan beban keuangan 23,72 persen menjadi Rp47.05 miliar.
Sementara itu, total liabilitas SSIA tercatat sebesar Rp3,66 triliun. Liabilitas jangka pendek menyumbang Rp1,61 triliun sedangkan jangka panjang Rp2,04 triliun.
Baca Juga
Total aset perseroan mencapai Rp8,17 triliun dengan aset lancar Rp3,74 triliun dan aset tidak lancar Rp4,42 triliun.
Dalam triwulan pertama perseroan mengeluarkan Rp135,69 miliar untuk kas bersih operasi dan Rp29,67 untuk belanja modal. Dengan begitu kas dan setara kas akhir periode mencapai Rp1,37 triliun.
Analis Ciptadana Sekuritas Yasmin Soulisa memperkirakan SSIA akan mengalami koreksi pendapatan sebesar 6,1 persen dan laba bersih 14,6 persen pada 2020 dibandingkan dengan 2019.
Menurutnya pendapatan perseroan akan mencapai Rp3,76 triliun dengan laba bersih Rp227 miliar pada akhir tahun ini.
“Kami perkirakan laba bersih tahun ini akan terkoreksi 14,6 persen pada tahun ini disebabkan oleh kondisi yang tidak pasti,” katanya dalam riset.
Net profit margin SSIA, lanjutnya, akan menyentuh 2,1 persen berbalik dari posisi kuartal I/2020 yang minus 1,97 persen. Proyeksi itu lebih rendah dari realisasi tahun lalu 2,3 persen. Di samping itu, price earning ratio diperkirakan 22,2 kali dengan price book to value 0,4 kali dan return on equity 2,00 persen.
Oleh sebab itu, Yasmin merekomendasikan beli emiten berkode saham SSIA itu dengan target harga Rp700 per saham.
“Saat ini saham perseroan masih undervalued dan kami merekomendasikan beli,” ungkapnya.
Adapun pada perdagangan Jumat (8/5), saham perseroan naik 5,67 persen ke posisi Rp298. Yasmin menambahkan faktor eksternal akan membayangi kinerja fundamental.
Meski demikian, lanjutnya, perseroan telah melakukan mitigasi finansial terkait situasi saat ini. Misalnya dengan efisiensi pengeluaran, meninjau rencana keuangan dan mitigasi resiko likuiditas dan mengurangi operasional pada unit bisnis perhotelan.
Adapun untuk segmen penjualan lahan industrial dia perkirakan akan pulih pada kuartal III/2020. Pasalnya, pemerintah melakukan pembatasan keluar masuknya warga negara asing dan jam penerbangan.
Sementara itu, untuk bisnis konstruksi akan kembali pulih pada semester II/2020 setelah periode Lebaran selesai. “Kemungkinan segmen ini akan menurun kinerjanya pada kuartal II/2020,” pungkasnya.