Bisnis.com, JAKARTA – Emiten sub sektor lahan industri telah menerbitkan laporan keuangan 2019. Emiten mana yang diunggulkan oleh sekuritas?
PT Kawasan Industri Jababeka Tbk. (KIJA) tercatat sebagai sebagai emiten dengan pertumbuhan laba paling pesat sepanjang 2019 dibandingkan dengan tiga emiten lainnya. Adapun, PT Puradelta Lestari Tbk. (DMAS) meraih laba paling tinggi sebesar Rp1,33 triliun.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia Ilham Akbar Muhammad memilih DMAS dan PT Surya Semesta Internusa Tbk. (SSIA) sebagai pilihan teratas. Menurutnya, DMAS dari segi fundamental paling unggul karena memiliki neraca keuangan sehat dengan utang yang rendah.
“Di sisi lain margin-nya tinggi dan keunggulan kompetitif dari harga lahannya yang cenderung lebih murah dari KIJA dan BEST,” katanya kepada Bisnis, Rabu (22/4/2020).
Laporan keuangan DMAS menunjukkan, tahun lalu total liabilitas perseroan melesat 59,85 persen menjadi Rp1,12 triliun. Liabilitas jangka pendek mencapai Rp1,08 triliun sedangkan jangka panjang hanya sekitar Rp40,95 miliar.
Manajemen menyebutkan kenaikan liabilitas disebabkan oleh kenaikan naiknya uang muka penjualan Pada akhir tahun lalu, segmen uang muka penjualan menyetor Rp819,64 miliar sedangkan tahun sebelumnya hanya Rp164,59 miliar.
Sementara itu, SSIA juga diunggulkan karena kawasan Industri Subang bakal menjadi motor penjualan perseroan di masa depan. Pasalnya, cadangan lahan di Karawang sudah menipis.
“SSIA, memang kelihatannya marginnya tipis sekarang tapi itu karena kontribusi penjualan lahan tidak sebesar dulu. Kami harapkan kalau proyek lahan subang sudah bisa jualan banyak, marginnya akan terdongkrak lagi,” katanya.
Sementara itu, Analis Ciptadana Sekuritas Asia Yasmin Soulisa memilih SSIA sebagai rekomendasi utama. Menurutnya kinerja SSIA memang akan terpengaruh dampak Covid-19 sampai dengan akhir tahun.
Namun, Yasmin mengungkapkan SSIA telah memulai beberapa tindakan untuk mengurangi risiko keuangan sebagai tanggapan terhadap virus corona.
Misalnya, pengelolaan kas dan likuiditas dan mengurangi pengeluaran, memitigasi risiko likuiditas, dan mengurangi kegiatan di sektor perhotelan sambil menyiapkan rencana bisnis jika kondisi ekonomi pulih.
“Kami memperkirakan pendapatan tahun ini akan terkoreksi 13,8 persen [menjadi Rp3,76 triliun] dan 23,3 persen pada tahun depan. Namun kami tetap merekomendasikan beli dengan penurunan target harga Rp700 dari Rp920,” tulisnya dalam laporan riset yang dikutip Bisnis.
Yasmin mengatakan unit bisnis utama SSIA yakni penjualan lahan baru akan pulih pada semester II/2020. Begitu juga dengan unit bisnis konstruksi dan perhotelan akibat Covid-19.
Sementara itu, Analis Sinarmas Sekuritas Richardson Raymond merekomendasikan beli untuk DMAS dengan target harga Rp280 per saham. Menurutnya sekalipun tengah dilanda wabah korona perseroan masih akan membukukan penjualan pada kuartal I/2020.
“Kemungkinan calon pembeli lahan akan menimbang dulu dan melihat dampak bisnis dari Covid-19 sehingga penjualan besar akan terjadi pada Semester II/2020 atau kuartal I/2021,” katanya.
Raymond mengestimasikan pendapatan DMAS tahun ini akan menyentuh Rp169 triliun terkoreksi 42,9 persen dibandingkan 2019 Rp2,97 triliun. Dengan begitu, laba bersih juga ikut terkoreksi ke posisi Rp833 miliar.