Bisnis.com, JAKARTA - PT Indika Energy Tbk. menambah kepemilikan di Nusantara Resources Limited sebagai salah satu upaya diversifikasi bisnis perseroan di luar batu bara.
Jejak langkah Indika Energy di Nusantara Resources Limited dimulai pada 12 Desember 2018. Perseroan melalui anak usaha, PT Indika Mineral Investindo (IMI), melakukan penyertaan saham sebesar 33,4 juta lembar saham dengan harga AUD$23 sen per saham.
Dengan total nilai transaksi AUD$7,68 juta melalui skema private placement, Indika Energy menjadi pemegang saham di perusahaan pertambangan emas yang tercatat di Australian Stock Exchange (ASX) tersebut dengan total kepemilikan 19,9 persen.
Proyek utama yang dimiliki oleh Nusantara yakni Awak Mas di Sulawesi Selatan. Lokasi itu memiliki perkiraan cadangan ore 1,1 juta ounce dan sumber daya sebesar 2 juta ounce.
Adapun, PT Masmindo Dwi Area, anak perusahaan Nusantara, memiliki hak ekslusif untuk mengeksplorasi Proyek Emas Awak Mas hingga 2050.
Dalam keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia (BEI) akhir pekan ini, Indika Energy melaporkan bahwa IMI telah melakukan penyertaan 10,5 juta lembar saham atau setara AUD$3,57 juta di Nusantara pada 13 Desember 2019. Selain itu, perseroan juga melakukan pembelian saham Nusantara melalui ASX.
Baca Juga
Dengan demikian, total kepemilikan secara tidak langsung Indika Energy di Nusantara telah bertambah. Emiten berkode saham INDY tercatat mengempit 23,2 persen per 5 Mei 2020.
“Transaksi ini merupakan langkah strategis perseroan untuk menambah kepemilikan di Nusantara sebagai salah satu strategi diversifikasi Perseroan,” ujar Adi Pramono, Sekretaris Perusahaan Indika Energy dalam keterbukaan informasi yang dikutip, Sabtu (9/5/2020).
Sebelumnya, Presiden Direktur Indika Energy M. Arsjad Rasjid P.M. mengungkapkan perseroan fokus kepada pengembangan diversifikasi di sektor non-batu bara pada 2020.
Selain itu, perseroan juga fokus penyelesaian pembangunan fuel storage di Kariangau, Balikpapan dan pengembangan proyek emas Awak Mas di Sulawesi Selatan.
"Untuk usaha yang sedang berjalan, Indika Energy terus melakukan efisiensi biaya dan optimalisasi penggunaan biaya modal,” imbuhnya.
INDY melaporkan pendapatan US$2.782,67 pada 2019. Bisnis batu bara perseroan masih menjadi kontributor terbesar senilai US$1.899,76 juta per 31 Desember 2019.
Sayangnya, realisasi penjualan batu bara INDY ke pelanggan luar negeri hanya US$1.316,80 juta pada 2019 atau turun 19,27 persen secara year on year (yoy). Namun, perseroan melaporkan sejumlah bisnis lain melalui anak usaha yang melaporkan kenaikan pendapatan tahun lalu.
PT Petrosea Tbk. misanya, mengantongi pendapatan US$476,4 juta pada 2019. Realisasi itu tumbuh 7,9 persen dibandingkan dengan US$476,4 juta periode 2018.
Namun, INDY tercatat harus membukukan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai US$18,16 juta pada 2019. Pencapaian itu berbanding terbalik laba sebesar US$80 juta periode 2018.