Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tekanan Berat Bayangi Kinerja PGAS, Sahamnya Masih Layak Beli

Pada perdagangan Senin (4/5/2020) hingga pukul 14.48 WIB, saham PGAS bergerak menurun 4,68 persen ke level Rp820. Sepanjang tahun berjalan 2020, saham PGAS telah terkoreksi 62,21 persen.
PGN dapat pasokan gas bumi tambahan dari PHE Jambi Merang. /Istimewa
PGN dapat pasokan gas bumi tambahan dari PHE Jambi Merang. /Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja emiten minyak dan gas, PT Perusahaan Gas Negara Tbk. atau PGN, pada kuartal II/2020 dan selanjutnya diprediksi tidak akan secemerlang capaiannya pada kuartal pertama tahun ini.

Analis Kresna Securities Timothy Gracianov mengatakan bahwa kinerja yang berhasil diraih cukup baik oleh perseroan pada kuartal I/2020 akan dibatasi dengan penerapan Keputusan Menteri ESDM Nomor No. 8/2020 terkait harga gas industri.

Dengan demikian, kinerja keuangan perusahaan pada kuartal selanjutnya mungkin tidak akan sebaik yang dicapai pada kuartal pertama tahun ini.

“Kinerja kuartal I/2020 yang lebih baik daripada perkiraan kami, akan dibatasi oleh harga industri gas yang lebih rendah dari penerapan aturan baru, yang kami proyeksikan akan berlaku penuh pada akhir kuartal II/2020, dimana distribusi gas sebanyak 309 bbtud dari perseroan akan terdampak,” tulis Timothy seperti dikutip dari risetnya, Senin (4/5/2020).

Berdasarkan laporan keuangan tidak diaudit perseroan, emiten berkode saham PGAS itu membukukan pendapatan sebesar US$873,8 juta pada kuartal pertama tahun ini, turun tipis 0,28 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar US$876,24 juta.

Pendapatan kuartal I/2020 itu terutama diperoleh dari hasil penjualan gas sebesar US$693,4 juta, penjualan minyak dan gas sebesar US$76 juta, transmisi gas dan minyak sebesar US$70,4 juta, dan pendapatan usaha lainnya sebesar US$33,8 juta.

Adapun, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk menyusut 26,62 persen menjadi hanya sebesar US$47,77 juta dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun lalu sebesar US$65,09 juta.

Hal itu disebabkan oleh lonjakan kerugian selisih kurs yang mencapai US$63,2 juta, naik 172,34 persen yoy dan menjadi kerugian tertinggi dalam lima tahun karena kewajiban perseroan dalam mata uang asing, tepatnya karena melemahnya dolar AS ke yen Jepang.

Timothy mengatakan bahwa emiten berpelat merah itu setidaknya memiliki lima risiko investasi seperti volume distribusi gas lebih rendah daripada yang diharapkan, rendahnya harga minyak dan gas.

Selain itu, produksi pada Pangkah yang tertunda, risiko regulasi, dan risiko pandemi yang mengancam permintaan lebih lama daripada yang diperkirakan.

Kendati demikian, dia mempertahankan rekomendasi beli untuk saham PGAS dengan target price saham di level Rp1.500 yang akan mencerminkan estimasi EV / EBITDA dan P / BV pada 2020 masing-masing sebesar 5.4x dan 0,9x.

Pada perdagangan Senin (4/5/2020) hingga pukul 14.48 WIB, saham PGAS bergerak menurun 4,68 persen ke level Rp820. Sepanjang tahun berjalan 2020, saham PGAS telah terkoreksi 62,21 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper