Bisnis.com, JAKARTA - Lembaga pemeringkat internasional Moodys Investors Service memangkas asumsi harga minyak mentah dunia untuk jangka pendek seiring dengan prospek penurunan ekonomi lebih dalam terhadap AS dan negara dengan ekonomi terbesar lainnya.
VP Senior Credit Officer Moodys Investor Service Elena Nadtotchi mengatakan bahwa prospek pelemahan ekonomi itu akan menekan permintaan minyak signifikan sepanjang 2020 sebelum akhirnya pulih pada 2021.
Dia pun menjelaskan bahwa rendahnya harga minyak akan bertahan cukup lama hingga akhirnya produksi minyak dunia turun sehingga dapat mengurangi tekanan terhadap kapasitas penyimpanan minyak yang sudah hampir penuh.
“Penyesuaian pasokan yang signifikan oleh beberapa produsen dunia pada akhirnya akan membantu menyeimbangkan pasar minyak pada tahun ini, tetapi laju kenaikan harga minyak juga akan bergantung pada pemulihan permintaan minyak dunia,” ujar Elena seperti dikutip dari publikasi risetnya, Rabu (29/4/2020).
Saat ini, Moodys mengasumsikan rata-rata harga minyak WTI pada 2020 sebesar US$30 per barel, dan sebesar US$40 per barel pada 2021. Sementara itu, untuk rata-rata harga minyak Brent pada 2020 sebesar US$35 per barel dan sebesar US$45 per barel pada 2021.
Untuk gas alam, Moodys memproyeksi harga bergerak di kisaran US$2-US$3 per MMBtu.
Baca Juga
Adapun, pemangkasan asumsi harga minyak ini juga dilakukan oleh Bank Dunia. Lembaga keuangan dunia itu memperkirakan harga minyak mentah dunia berada di kisaran US$35 per barel pada tahun ini. Perkiraan itu turun sekitar 43 persen dari perkiraan Bank Dunia pada Oktober 2019.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (29/4/2020) hingga pukul 15.11 WIB harga minyak jenis WTI untuk kontrak Juni 2020 di bursa Nymex bergerak menguat 13,37 persen ke level US$13,99 per barel.
Sementara itu, harga minyak jenis Brent kontrak Juni 2020 di bursa ICE bergerak menguat 2,79 persen ke level US$21,03 per barel.