Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak berhasil rebound setelah anjlok cukup dalam selama dua perdagangan terakhir. Namun, volatilitas diprediksi berlanjut seiring dengan kekhawatiran pasar bahwa investor akan keluar dari kontrak Juni yang dapat menyebabkan harga kembali ke level di bawah nol.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (29/4/2020) hingga pukul 10.57 WIB harga minyak jenis WTI untuk kontrak Juni 2020 di bursa Nymex bergerak naik 13,21 persen ke level US$13,97 per barel.
Sementara itu, harga minyak jenis Brent untuk kontrak Juni 2020 di bursa ICE bergerak menguat 3,52 persen ke level US$21,18 per barel.
Analis Monex Investindo Futures Andian mengatakan dalam publikasi risetnya bahwa kembalinya harga minyak ke zona hijau didukung oleh meningkatnya optimisme pasar terhadap kenaikan permintaan minyak mentah seiring dengan dicabutnya pembatasan sosial di beberapa negara.
Untuk diketahui, Vietnam dan Selandia Baru telah mencabut kebijakan pembatasan sosial di negaranya setelah berhasil mengurangi jumlah penyebaran Covid-19. Uni Eropa dan AS pun telah merencanakan untuk mencabut kebijakan itu pada awal Mei mendatang.
“Hal ini membantu harapan pasar akan mulai meningkatnya permintaan minyak mentah untuk bahan bakar kendaraan bermotor dan industri, yang menopang kenaikan harga minyak. Pasar juga menantikan laporan cadangan minyak mentah AS versi EIA,” tulis Andian seperti dikutip dari publikasi risetnya, Rabu (29/4/2020).
Baca Juga
Selain itu, pasar juga menanti realisasi pemangkasan produksi minyak hingga 10 juta barel per bulan oleh OPEC+ pada Mei-Juni mendatang.
Andian menjelaskan, jika optimisme berlanjut, harga minyak akan menguji level resisten US$14,8 hingga US$16,2 per barel.
Sebaliknya, jika kekhawatiran cadangan minyak berlebih meningkat harga dapat menguji level US$12,5 per barel, sebelum menguji level support lanjutan di US$10 -US$11,45 per barel.
Sementara itu, S&P Global Inc mengatakan kepada kliennya untuk segera memasang posisi jual minyak WTI kontrak Juni 2020 dan beralih ke kontrak Juli 2020.
Hal itu dapat memicu minyak kontrak Juni 2020 diperdagangkan di bawah harga nol seperti yang terjadi pada kontrak Mei 2020 yang sempat menyentuh harga -US$30 per barel.
Di sisi lain, American Petroleum Institute melaporkan persediaan minyak mentah AS di Cushing, Oklahoma, titik pengiriman untuk WTI, naik 2,49 juta barel pada pekan lalu. Hal itu pun melanjutkan kekhawatiran pasar terhadap kapasitas penyimpanan minyak yang tidak akan dapat menampung banjirnya cadangan minyak.
Analis Komoditas Senior VI Investment Corp Will Sungchil Yun mengatakan bahwa penguatan harga minyak tidak akan bertahan lama jika persediaan minyak mentah tidak menunjukkan penurunan sama sekali.
“Memang ada beberapa short-covering, tetapi harga tidak mungkin rebound besar dari harga saat ini kecuali stok minyak menunjukkan tanda-tanda menyusut atau penyebaran Covid-19 telah terhenti,” ujar Will Sungchill Yun seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (29/4/2020).