Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Emiten Unggas Kembali Kepakan Sayap, Mana yang Paling Mantap?

Saham empat emiten unggas tengah berada dalam tren positif dalam sebulan terakhir dengan menguat di atas 10 persen.
Day old chicken (DOC)./Repro-Malindo Feedmil
Day old chicken (DOC)./Repro-Malindo Feedmil

Bisnis.com, JAKARTA — Langkah pemerintah untuk menyerap ayam dari peternak membawa angin segar bagi laju saham emiten perunggasan yang telah menguat dua digit dalam sebulan terakhir. Ketangguhan kepakan sayap perusahaan sektor itu akan diuji pada periode Ramadan 2020.

Berdasarkan data Bloomberg, harga saham emiten perunggusan kompak menguat pada sesi perdagangan, Kamis (23/4/2020). PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN), PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA), PT Malindo Feedmill Tbk. (MAIN), dan PT Sierad Produce Tbk (SIPD) menguat masing-masing 4,87 persen, 3,33 persen, 3,64 persen, dan 5,00 persen.

Empat emiten unggas itu tengah berada dalam tren positif dalam sebulan terakhir dengan menguat di atas 10 persen. Bahkan, saham MAIN mampu menghasilkan return positif hingga 46,15 persen sepanjang rentang periode tersebut.

Analis Kresna Sekuritas Timothy Gracianov menjelasakan bahwa harga ayam mengalami penurunan yang cukup dalam sejak pertengahan Maret 2020. Bahkan, komoditas itu sempat menyentuh level di bawah Rp10.000 per kilogram (/kg).

Kendati demikian, Timothy menyebut harga sudah mulai membaik meski masih di bawah harga acuan pemerintah Rp19.000/kg—Rp21.000/kg.

“Sentimen positifnya, pemerintah kini turut turun tangan untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat seperti bekerja sama dengan Grab Indonesia untuk distribusi pangan atau bahkan menyerap ayam tersebut secara langsung,” jelasnya kepada Bisnis.com, Kamis (23/4/2020).

Menurutnya, apabila hal tersebut secara konsisten diterapkan, maka harga ayam dapat lebih terjaga dan kinerja emiten perunggasan dapat lebih baik

Dia mengatakan kuartal II/2020 akan menarik. Pasalnya, periode itu bertepatan dengan musim puasa dan Lebaran yang biasanya meningkatkan konsumsi ayam.

“Tetapi kali ini menurut saya untuk mencapai harga acuan sudah cukup menjadi tantangan dengan situasi seperti ini,” ujarnya.

Dengan pertimbangan itu, Timothy menyebut dua emiten yang menarik dikoleksi dari sektor perunggasan yakni JPFA dan CPIN. Menurutnya, kedua saham itu menarik apalagi setelah pemerintah berencana untuk menyerap ayam dari peternak.

“Karena sekitar 30 persen nilai penjualan mereka [JPFA dan CPIN] berasal dari sana,” imbuhnya.

Dalam riset yang dipublikasikan melalui Bloomberg, Analis PT Mirae Asset Sekuritas Emma A. Fauni mengatakan secara historis harga day old chicken (DOC) dan ayam broiler seharusnya lebih tinggi secara musiman selama bulan Ramadan. Periode itu akan terjadi pada kuartal II/2020.

Akan tetapi, karena penyebaran pandemi COVID-19 diperkirakan belum berakhir pada akhir April 2020, perusahaan unggas diprediksi kehilangan momentum kuartal II/2020.

Kendati demikian, Emma mengharapkan lini bisnis pakan akan mampu mengimbangi. Segmen itu menurutnya adalah lini yang paling tangguh.

“Kami percaya bisnis pakan dapat mengimbangi kelemahan segmen lainnya,” tulisnya dalam riset.

Dia menurunkan rekomendasi untuk sektor unggas menjadi netral. Saham JPFA menjadi pilihan utama Mirae Asset Sekuritas Indonesia.

JPFA menjadi top picks karena kualitas laba bersih yang lebih baik dan potensi kenaikannya. Risiko upside akan muncul jika terlihat adanya pemulihan permintaan lebih lanjut.

Berdasarkan catatan Bisnis, JPFA melaporkan realisasi ekspor senilai Rp56 miliar pada Maret 2020. Perseroan menyebut ekspor berbagai produk pertanian dan perikanan dilakukan ke Amerika Serikat, Jepang, Taiwan, Republik Demokraktik Timor Leste, Singapura, Filipina, Myanmar, Vietnam, dan Malaysia.

Adapun, produk yang diekspor yakni ayam olahan, karkas, pakan ternak, anak ayam umur sehari atau day old chicken, vaksin ternak, serta produk perikanan.

Adapun, risiko downside berasal dari wabah yang berkepanjangan melampuai kuartal II/2020 sehingga semakin menekan permintaan ayam.

Dalam riset berbeda, Analis Danareksa Sekuritas Victor Stefano merekomendasikan hold saham MAIN. Target harga saham perseroan berada di level Rp600.

Victor mengungkapkan telah mendapatkan penjelasan dari manajemen MAIN. Menurutnya, perseroan masih mengharapkan laba tumbuh positif pada 2020 meski pendapatan lebih rendah 10 persen hingga 15 persen karena harga yang lebih rendah tahun ini.

Sebagai catatan, MAIN saat ini menjalankan serangkaian kegiatan usaha yang terdiri atas empat divisi yakni pakan ternak, divisi pembibitan ayam, divisi peternakan ayam pedaging, dan divisi makan olahan.

Pada sesi perdagagan Rabu (22/4/2020), MAIN menguat 8,91 persen atau 45 poin ke level Rp550. Laju saham perseroan disebut terpantik kabar pemerintah yang menyetujui masuknya ayam karkas dalam bantuan sembako dan akan melakukan pembelian dengan harga lebih tinggi dari pasaran.

Di lain pihak, Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji memperkirakan produk emiten unggas relatif memiliki permintaan yang stabil di tengah pandemi Covid-19. Bahkan, pihaknya meyakini permintaan masih akan tumbuh positif pada Ramadan 2020.

Secara teknikal, dia masih merekomendasikan hold saham MAIN, JPFA, dan CPIN. Menurutnya, ketiga emiten itu berada dalam fase bullish consolidation.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper