Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penawaran Sukuk Naik Tipis, Apakah Pertanda Pasar Mulai Pulih?

Lelang sukuk negara kemarin menghasilkan penawaran Rp18,839 triliun, naik tipis dari lelang sukuk pada 7 April 2020 sebanyak Rp18,005 triliun
Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Lucky Alfirman (Kanan) berbincang dengan Direktur Pembiayaan Syariah DJPPR Dwi Irianti Hadiningdyah (kiri) saat meluncurkan Sukuk Tabungan ST-003 di Jakarta, Jumat (1/2/2019)./ANTARA-Dhemas Reviyanto
Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Lucky Alfirman (Kanan) berbincang dengan Direktur Pembiayaan Syariah DJPPR Dwi Irianti Hadiningdyah (kiri) saat meluncurkan Sukuk Tabungan ST-003 di Jakarta, Jumat (1/2/2019)./ANTARA-Dhemas Reviyanto

Bisnis.com, JAKARTA — Kenaikan angka penawaran pada lelang surat berharga syariah negara (SBSN) dinilai belum menjadi sinyal bahwa pasar obligasi terutama produk sukuk mulai membaik. 

Kemarin, Selasa (21/4/2020), lelang SBSN menghasilkan penawaran yang masuk sebesar  Rp18,839 triliun. Jumlah tersebut naik tipis dari lelang sukuk pada 7 April 2020 sebanyak  Rp18,005 triliun. Dari lelang kemarin, pemerintah menyerap penawaran sebesar Rp9,980 triliun

Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Roby Rushandie mengatakan hasil lelang sukuk negara hari ini mengikuti tren di pasar sekunder yang tengah positif. Namun, menurutnya belum dapat disimpulkan bahwa ini menandakan pasar mulai membaik.

“Apakah ini sudah membaik atau hanya tren short term, perlu dilihat tren lelang-lelang berikutnya,” ujar Roby saat dihubungi Bisnis, Selasa (21/4/2020).

Perihal penyerapan yang cukup tinggi oleh negara dan adanya lelang lanjutan, Roby mengatakan hal tersebut masih merupakan buntut revisi kebutuhan pembiayaan APBN 2020 dari pasar surat utang seiring dengan pelebaran defisit APBN.

“Jadi memang pemerintah sedang butuh pembiayaan tinggi terkait dengan adanya target penerbitan Pandemic Bond,” imbuh Roby.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan kenaikan angka penawaran tidak terlalu signifikan dibandingkan sesi lelang sebelumnya. Bahkan, dia menyebut angka ini di bawah prediksi awal yakni sekitar Rp20 triliun.

Akan tetapi, Ramdhan memaklumi hal itu mengingat kondisi pasar saat ini sangat jauh berbeda dibandingkan awal tahun. Apalagi saat ini ketidakpastian cukup dalam di seluruh pasar baik obligasi maupun saham.

“Pasar masih shock. Nggak pernah sebelumnya [investor] asing keluar segini besarnya dalam jangka pendek, sekitar 2 bulan belakangan kan sudah lebih dari Rp100 triliun,” tutur Ramdhan.

Berdasarkan data  Kementerian Keuangan,  per 9 April 2020, tercatat setidaknya ada Rp136,21 triliun dana asing yang keluar dari pasar obligasi negara.

Ramdan mengatakan investor asing kemungkinan besar baru akan kembali masuk ke pasar obligasi Indonesia jika kondisi pasar global maupun domestik sudah mulai stabil seiring pandemi yang mereda. 

Dia memproyeksikan lelang lanjutan atau greenshoe option yang akan dilakukan pemerintah pada hari ini Rabu (22/4/2020) bakal mendulang hasil yang tak jauh berbeda dengan lelang kemarin Pun, investor akan lebih didominasi oleh domestik. 

Lelang surat utang, kata Ramdhan, kemungkinan masih akan marak karena instrument satu ini merupakan opsi yang paling cepat dan mudah bagi pemerintah untuk mendapatkan dana segar, terutama di saat pemerintah tak memiliki banyak pilihan seperti saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper