Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah terjun ke level terendah dalam hampir dua dekade, tertekan rekor penurunan permintaan untuk bahan bakar AS dan meningkatnya suplai minyak mentah domestik.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) kontrak Mei 2020 turun 24 sen dan ditutup di level US$19,87 per barel di New York Mercantile Exchange pada perdagangan Rabu (15/4/2020).
Sejalan dengan WTI, harga minyak Brent untuk kontrak Juni 2020 berakhir anjlok US$1,91 ke level US$27,69 per barel di ICE Futures Europe Exchange London.
Kontrak berjangka minyak di New York berakhir di bawah level US$20 per barel, untuk pertama kalinya sejak 2002, setelah Energy Information Administration (EIA) melaporkan penurunan konsumsi bensin Amerika ke level terendah sepanjang masa dan membengkaknya suplai minyak mentah sebesar 19,2 juta barel.
Laporan tersebut menggarisbawahi prediksi sebelumnya yang disampaikan International Energy Administration (IEA). Menurut IEA, permintaan minyak akan turun lebih dari 9 juta barel per hari tahun ini, sekaligus menghapuskan pertumbuhan konsumsi selama satu dekade.
Adapun, konsumsi pada bulan April diperkirakan akan turun sebanyak hampir sepertiga ke level terendah sejak 1995, menjadikan tahun ini yang terburuk dalam sejarah pasar minyak.
Baca Juga
Badan energi tersebut juga memperingatkan langkah pemangkasan produksi oleh aliansi negara pengekspor minyak OPEC+ sekalipun tidak dapat melawan penurunan permintaan yang disebabkan oleh pandemi virus corona (Covid-19).
“Terlepas dari upaya OPEC+, persediaan global akan terakumulasi sebesar 12 juta barel per hari pada paruh pertama tahun ini dan membanjiri logistik industri minyak dalam beberapa pekan mendatang,” papar IEA.
Meski Arab Saudi dan produsen lainnya di Timur Tengah berjanji untuk mengurangi pasokan mulai Mei, mereka terus membanjiri pasar dengan minyak pada bulan April. Sementara itu, produksi minyak AS hanya mencatat sedikit penurunan.
“Pengurangan produksi apa pun tidak akan mengimbangi runtuhnya permintaan,” ujar Stephen Schork, presiden konsultan energi Schork Group Inc., seperti dilansir dari Bloomberg.
Kelebihan suplai minyak terlihat sangat parah sampai pemerintahan Presiden AS Donald Trump mempertimbangkan untuk membayar produsen-produsen minyak AS untuk menanggalkan produksi minyak mentah.
Stok minyak di AS meningkat selama 12 pekan berturut-turut sementara persediaan di Eropa mencatat kenaikan terbesar dalam lebih dari satu tahun pekan lalu. Kondisi ini melemahkan indikator pasar fisik utama.
“Di titik tertentu, pasar harus mulai melihat ke depan. Pemangkasan produksi OPEC akan diterapkan dan juga produsen-produsen minyak AS harus mengurangi output mereka. Kami berharap pasar akan mulai mengetat pada awal Juni,” ungkap Daniel Ghali, ahli strategi komoditas di TD Securities.
Pergerakan minyak mentah WTI kontrak Mei 2020 | ||
---|---|---|
Tanggal | Harga (US$/barel) | Perubahan |
15/4/2020 | 19,87 | -0,24 poin |
14/4/2020 | 20,11 | -2,30 poin |
13/4/2020 | 22,41 | -0,35 poin |
Pergerakan minyak mentah Brent kontrak Juni 2020 | ||
---|---|---|
Tanggal | Harga (US$/barel) | Perubahan |
15/4/2020 | 27,69 | -1,91 poin |
14/4/2020 | 29,60 | -2,14 poin |
13/4/2020 | 31,74 | +0,26 poin |
Sumber: Bloomberg