Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah di bursa berjangka New York berhasil bangkit dan menguat di atas level US$20 pada perdagangan di Asia pagi ini, Rabu (15/4/2020), setelah terpukul prospek jatuhnya permintaan akibat pandemi virus corona (Covid-19).
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak berjangka West Texas Intermediate (WTI) kontrak Mei 2020 menanjak 62 sen ke level US$20,73 per barel di New York Mercantile Exchange pukul 8.35 pagi waktu Sydney.
Pada perdagangan Selasa (14/4/2020), kontrak berjangka minyak WTI menukik lebih dari 10 persen atau US$2,30 dan berakhir di level US$20,11 per barel karena anjloknya permintaan dan melimpahnya pasokan membayangi kesepakatan kelompok pengekspor minyak dunia OPEC+ untuk membatasi produksi.
Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan bahwa produk domestik bruto (PDB) global akan menyusut 3 persen tahun ini. Prediksi tersebut menjadi sinyal bahwa permintaan untuk bahan energi mungkin akan tetap lesu lebih lama dari yang diperkirakan, terutama jika virus corona bertahan atau kembali mencuat.
Di sisi lain, spread pada patokan Amerika berada di level terlemah dalam lebih dari satu dekade yang mengindikasikan kelebihan pasokan ekstrem.
Sebuah laporan American Petroleum Institute (API) menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS melonjak 13,14 juta barel pekan lalu. Laporan yang sama menyebutkan persediaan minyak di Cushing, Oklahoma, naik 5,36 juta barel.
Baca Juga
Sementara itu, raksasa perdagangan energi Gunvor Group Ltd. mengatakan dunia masih "kewalahan" dengan minyak mentah yang berlebih dan akan kehabisan tempat untuk menyimpannya dalam sebulan.
Sejalan dengan WTI, harga minyak Brent untuk kontrak Juni 2020 pun tersungkur US$2,14 ke level US$29,60 per barel di ICE Futures Europe Exchange London pada akhir perdagangan Selasa (14/4/2020).
Padahal, minyak global ini sempat melonjak 8 persen setelah aliansi OPEC+ sepakat untuk memangkas produksi sebesar 9,7 juta barel per hari mulai Mei.
Meski merupakan pemangkasan terkoordinasi terbesar dalam sejarah, kesepakatan yang dicapai OPEC+ itu dipandang belum apa-apa dibandingkan dengan estimasi penurunan yang lebih besar dalam konsumsi minyak sebagai dampak dari pandemi corona.
“Kesepakatan OPEC+ hanya berfungsi untuk mencegah jatuhnya harga secara menyeluruh,” ujar analis di Societe Generale dalam sebuah catatan pada 14 April, seperti dilansir dari Bloomberg.
Mereka memperkirakan minyak Brent akan mencapai harga rata-rata US$30 per barel pada kuartal II/2020, dengan asumsi kembalinya kondisi normal pascapandemi, berhasilnya pemangkasan produksi OPEC+, dan kepatuhan terhadap kesepakatan.
Pergerakan minyak mentah WTI kontrak Mei 2020 | ||
---|---|---|
Tanggal | Harga (US$/barel) | Perubahan |
14/4/2020 | 20,11 | -2,30 poin |
13/4/2020 | 22,41 | -0,35 poin |
9/4/2020 | 22,76 | -2,33 poin |
Pergerakan minyak mentah Brent kontrak Juni 2020 | ||
---|---|---|
Tanggal | Harga (US$/barel) | Perubahan |
14/4/2020 | 29,60 | -2,14 poin |
13/4/2020 | 31,74 | +0,26 poin |
9/4/2020 | 31,48 | -1,36 poin |
Sumber: Bloomberg