Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Menimbang Janji Pangkas Produksi, Harga Minyak Rebound

Pada perdagangan Selasa (14/4/2020) pukul 9.40 WIB, harga minyak WTI kontrak Mei 2020 naik 0,67 persen atau 0,15 poin menjadi US$22,56 per barel, setelah sebelumnya terkoreksi 1,5 persen.
Eksplorasi minyak di lepas pantai/Antara
Eksplorasi minyak di lepas pantai/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak naik seiring dengan langkah investor yang masih menimbang apakah kesepakatan perihal pemangkasan produksi akan cukup untuk mengimbangi anjloknya permintaan.

Adapun, indeks berjangka AS tercatat naik sebanyak 3 persen di New York, ini merupakan kenaikan pertama dalam tiga sesi.

Dilansir dari Bloomberg, pada hari Senin (13/4/2020) Menteri Energi Arab Saudi mengatakan bahwa pihaknya siap untuk memangkas pasokan lebih lanjut jika diperlukan saat pertemuan OPEC+ Juni mendatang.

Pada perdagangan Selasa (14/4/2020) pukul 9.40 WIB, harga minyak WTI kontrak Mei 2020 naik 0,67 persen atau 0,15 poin menjadi US$22,56 per barel, setelah sebelumnya terkoreksi 1,5 persen. Adapun, minyak Brent kontrak Juni 2020 meningkat 1,35 persen atau 0,43 poin menuju US$32,17 per barel.

Di lain pihak, meski tak spesifik, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut dalam cuitannya bahwa pemotongan yang disetujui oleh koalisi akan mendekati 20 juta barel per hari, di tengah keraguan bahwa pengurangan tidak cukup signifikan.

Perjanjian OPEC + untuk memangkas produksi sebesar 9,7 juta barel per hari mulai bulan Mei merupakan pengurangan terkoordinasi terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah. Namun, angka tersebut tetapi masih dikerdilkan oleh penurunan konsumsi minyak yang jauh lebih besar sebagai buntut dari pandemi.

Harga minyak terjun bebas sejak pertengahan Februari, setelah seluruh negara di dunia memberlakukan lockdown untuk mencoba menghentikan penyebaran virus serta membatasi konsumsi segala sesuatu mulai dari bahan bakar jet hingga bensin.

Seiring lenyapnya permintaan global, Arab Saudi berupaya menjaga agar barelnya tetap kompetitif dengan mengurangi harga semua nilainya ke Asia dan kawasan Mediterania.

Periode Mei-Juni bergerak semakin dalam ke posisi contango, yakni situasi dimana indeks berjangka dari sebuah komoditas lebih tinggi dibandingkan harga spot. Ini sekaligus menandakan adanya kelebihan suplai yang tinggi dibanding output.

Pelaku pasar khawatir bahwa kesepakatan OPEC+ tidak akan cukup untuk menstabilkan pasar yang mana kerugian permintaan dapat mencapai 35 juta barel per hari dan ruang penyimpanan menjadi cepat habis.

Goldman Sachs Group Inc. menyebut perjanjian itu sebagai perjanjian yang "bersejarah namun tidak mencukupi". Firma keuangan itu juga memperkirakan bahwa kerugian konsumsi harian diperkirakan akan berada di kisaran 19 juta barel pada bulan April dan Mei.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper