Bisnis.com, JAKARTA – PT Adhi Karya (Persero) Tbk. membukukan laba bersih senilai Rp663,80 miliar pada 2019, ditopang oleh perolehan laba dari ventura bersama serta penurunan beban lainnya-bersih.
Pada 2019, emiten berkode saham ADHI ini sejatinya membukukan kinerja yang kurang menjanjikan dari sisi bisnis inti. Pendapatan perseroan tercatat menurun 2,22 persen menjadi Rp15,3 triliun. Adapun, beban pokok pendapatan menurun 1,35 persen secara tahunan menjadi Rp12,97 triliun.
Beban usaha perseroan juga tercatat meningkat 26,3 persen menjadi Rp894,06 miliar. Hal ini membuat laba usaha perseroan harus tergerus 19,84 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp1,44 triliun. Penurunan ini lebih tinggi dari laba kotor perseroan yang turun 6,8 persen menjadi Rp2,33 triliun.
Meski begitu, perolehan laba bersih perseroan masih bisa mengalami peningkatan 3,05 persen yang didorong oleh dua hal. Pertama, beban lainnya-bersih yang turun signifikan 77,96 persen menadi Rp53,31 miliar. Kedua, adanya kenaikan bagian laba ventura bersama yang meningkat 152,93 persen menjadi Rp340 miliar.
Jika melihat kinerja keuangan perseroan pada kuartal III/2019, laba ventura bersama paling tinggi dikontribusi oleh JV Adhi dan Jaya Konstruksi yang mengerjakan proyek enam ruas tol dalam kota DKI Jakarta.
Porsi laba yang dihasilkan mencapai Rp33,34 miliar. Selain itu, JV dengan CRBC dalam pengerjaan proyek Tol Cisumdawu Phase III berkontribusi sebesar Rp25,45 miliar sebagai laba.
Baca Juga
Hingga kuartal III/2019 saja, perseroan membukukan bagian laba ventura bersama sebesar Rp211,32 miliar. Jumlah ini sudah mengalahkan perolehan laba dari ventura bersama pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp134,48 miliar.
Kinerja perseroan pada tahun lalu dihasilkan dari pengelolaan aset sebesar Rp36,51 triliun, naik 21,35 persen. Aset terbagi ke dalam aset lancar Rp30,31 triliun dan aset tidak lancar sebesar Rp6,2 triliun. Tagihan bruto kepada pemberi kerja mendominasi total aset perseroan, mencapai sekitar Rp15 triliun.
Kenaikan aset juga sejalan dengan kenaikan kewajiban atau liabilitas perseroan yang naik 24,68 persen. Kewajiban jangka pendek Adhi Karya meningkat 29,36 persen menjadi Rp24,49 triliun. Kenaikan utang usaha, utang bank, utang bruto subkontraktor, serta beban akrual menjadi penyumbang utama kenaikan liabilitas jangka pendek.
Adapun, ekuitas perseroan mengalami peningkatan sebesar 8,74 persen menjadi Rp6,83 triliun. Kenaikan ekutias Adhi Karya didorong oleh meningkatnya saldo laba perseroan pada 2019.
Sementara itu, dari sisi posisi kas dan setara kas pada akhir tahun lalu relatif stabil di angka Rp3,25 triliun. Meski begitu, perseroan sejatinya membukukan arus kas bersih dari aktivitas operasi yang menurun 41,87 persen menjadi Rp496,19 miliar.
Penurunan arus kas tersebut disebabkan oleh melambatnya arus kas penerimaan, khususnya penerimaan dari pelanggan. Arus kas dari pos tersebut tercatat turun dari Rp16,21 triliun menjadi Rp13,45 triliun pada 2019.
Di sisi lain, perseroan mencatatkan kenaikan arus kas untuk aktivitas investasi sebesar 27,62 persen menjadi Rp1,51 triliun. Alokasi investasi atau belanja modal paling besar adalah untuk penambahan tanah yang belum dikembangkan, yakni mencapai Rp974,28 miliar.
Investasi yang meningkat serta penurunan arus kas dari operasi diimbangi dengan kas dari aktivitas pendanaan yang tercatat masuk sebesar Rp1,01 triliun. Pada 2018, perseroan membukukan arus kas pendaan negatif Rp534,69 miliar.
Secara umum, kinerja Adhi Karya pada tahun lalu berada di bawah ekspektasi para analis. Berdasarkan konsensus yang dihimpun Bloomberg, pendapatan perseroan diestimasi mencapai Rp18,24 triliun, sementara laba bersih mencapai Rp775,51 miliar. Realisasi pendapatan pendapatan hanya mencapai 83,89 persen estimasi analis, sementara laba bersih mencapai 85,6 persen estimasi.
Kendati demikian, dari 22 analis yang dihimpun Bloomberg, 17 atau 77,3 persen di antaranya masih merekomendasikan beli. Sementara itu, empat lainnya merekomendasikan hold, dan satu analis merekomendasikan menjual saham ADHI. Target harga 12 bulan untuk saham ADHI adalah Rp1.578,64 per saham.
Adapun, pada penutupan perdagangan terakhir pekan lalu, Kamis (9/10/2020) saham ADHI ditutup tak bergerak dari posisi penutupan pada hari sebelumnya di level Rp590 per saham. Hari itu, saham ADHI bergerak pada rentang Rp555 per saham—Rp610 per saham.