Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Eropa membukukan kenaikan terbesar dalam hampir dua pekan pada akhir perdagangan hari ini, Senin (6/4/2020), di tengah optimisme dari menurunnya angka kematian akibat penyakit virus corona (Covid-19) di beberapa titik utama (hotspot).
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Stoxx Europe 600 ditutup melonjak 3,73 persen atau 11,52 poin ke level 320,58, dipimpin oleh saham produsen mobil, sektor travel, dan asuransi.
Di sisi lain, saham-saham di industri defensif seperti perawatan kesehatan, utilitas dan telekomunikasi berkinerja buruk. Meski melonjak, indeks saham acuan Eropa tersebut masih merosot sekitar 25 persen sejak 19 Februari.
Angka kematian di Inggris dilaporkan turun untuk hari kedua berturut-turut. Sementara itu, Jerman dan Spanyol melaporkan penurunan jumlah kasus baru dan kematian. Selain itu, angka kematian di New York turun untuk pertama kalinya dalam dua minggu.
Dampak ekonomi dari pandemi pada perusahaan menjadi lebih jelas karena semakin banyak perusahaan menurunkan pedoman mereka dan menangguhkan dividen.
Namun, Presiden AS Donald Trump memperingatkan bahwa fase sangat buruk dalam pandemi ini semakin dekat. Adapun, perusahaan-perusahaan mengurangi panduan mereka dan menangguhkan dividen karena kerugian ekonomi akibat corona.
Baca Juga
"Investor fokus pada optimisme bahwa ada stabilisasi dalam laju kematian akibat virus dan pada musim pelaporan kuartal pertama dimana mereka berharap untuk mendapatkan lebih banyak visibilitas," ujar Ulrich Urbahn, kepala strategi multi-aset dan penelitian di Joh Berenberg Gossler & Co.
“Dalam jangka panjang, ada banyak alasan untuk tidak terlalu pesimistis, selain langkah stimulus besar-besaran dan daya tarik relatif besar dari saham,” tambahnya, dilansir dari Bloomberg.
Kendati pasar rebound dari level terendahnya pada pertengahan Maret, ahli strategi Citigroup Inc. tetap berhati-hati pada prospek untuk saham dan menjaga alokasi sektor defensif.
"Kami memperkirakan EPS (earnings-per-share) global turun sekitar 50 persen pada tahun 2020, yang mungkin belum tercermin di pasar ekuitas," tulis ahli strategi yang dipimpin oleh Robert Buckland dalam sebuah catatan.