Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan bursa saham Korea Selatan ditutup melonjak hampir 4 persen pada perdagangan hari ini, Senin (6/4/2020), di tengah penguatan bursa Asia.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks saham acuan Kospi berakhir di level 1.791,88 dengan lonjakan 3,85 persen atau 66,44 poin dari level 1.725,44 pada penutupan perdagangan sebelumnya.
Sepanjang perdagangan hari ini, Kospi bergerak di level 1.742,67 – 1.794,19.
Saham CHASYS Co. Ltd. yang melonjak 29,89 persen membukukan kenaikan terbesar, disusul saham Woosung Feed Co. Ltd. (+29,88 persen) Shing Poong Pharmaceutical Co. Ltd. (29,87 persen), dan LG International Corp. (29,67 persen).
Secara keseluruhan. bursa Asia menguat setelah jumlah korban jiwa secara harian di beberapa episentrum penyakit virus corona (Covid-19) dilaporkan menurun.
Angka kematian di negara bagian New York dilaporkan turun untuk pertama kalinya pada Minggu (5/4/2020). Dalam suatu briefing harian, Gubernur New York Andrew Cuomo menyatakan angka kematian baru pada Minggu mencapai 594 orang, lebih sedikit dari yang dilaporkan pada Sabtu (4/4/2020) yang mencapai 630 orang.
Sementara itu, Italia mencatat angka kematian paling sedikit dalam lebih dari dua pekan, Prancis melaporkan angka kematian terendah dalam lima hari, dan Spanyol mengalami penurunan selama tiga hari berturut-turut.
Angka-angka kematian terbaru yang menurun melonggarkan gempuran kabar Covid-19 baru-baru ini, meskipun dampak ekonomi dari pandemi ini akan terus menggigit selama beberapa waktu.
“Ada cahaya di ujung terowongan tetapi itu masih merupakan terowongan yang panjang," tulis Erik Nielsen, kepala ekonom UniCredit SpA yang berbasis di London, seperti dilansir dari Bloomberg.
Bursa saham global berakhir melemah pekan lalu, setelah kemerosotan dalam data payroll AS mengisyaratkan sejauh mana dampak Covid-19 terhadap negara berekonomi terbesar di dunia ini.
"Kami masih optimistis bahwa pemerintah akan dapat mengendalikan virus ini dan membuka kembali perekonomian pada akhir April, awal Mei,” ujar Lindsey Piegza, kepala ekonom di Stifel Nicolaus & Co.
"Jika itu terjadi, kemungkinan kita dapat mengendalikan penurunan dari skenario depresi menjadi skenario resesi,” tambahnya.