Bisnis.com, JAKARTA— Indeks Bisnis-27 melanjutkan tren penguatan Apri 2020 pada sesi perdagangan pertama, Senin (6/4/2020).
Indeks Bisnis-27 berisi 27 anggota konstituen yang mewakili seluruh sektor saham di pasar modal Indonesia. Evaluasi anggota indeks itu dilakukan setiap enam bulan sekali atau dua kali dalam setahun.
Penyusunan Indeks Bisnis-27 ini menggunakan metodologi market value weighted index dengan mempertimbangkan asessment pada aspek fundamental untuk mengukur kinerja perusahaan, teknikal pada data perdagangan secara historis, dan aspek akuntabilitas konstituen yang berdasarkan pada good corporate governance.
Berdasarkan data PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Indeks Bisnis-27 menguat 1,52 persen atau 6,18 poin ke level 412,863 pada awal perdagangan, Senin (6/4/2020), pukul 09:34.
Sejak awal April 2020, Indeks Bisnis-27 tengah dalam tren bullish dengan terus merangkak naik dari level 397,89 pada 1 April 2020 menuju 406,68 sampai dengan penutupan perdagangan akhir pekan lalu.
Data BEI menunjukkan Indeks Bisnis-27 terkoreksi 27,25 persen secara year to date (ytd) ke level 403,99 hingga penutupan perdagangan, Selasa (31/3/2020).
Koreksi itu paling kecil dibandingkan dengan indeks-indeks lain yang dimiliki oleh BEI, termasuk indeks harga saham gabungan (IHSG) yang telah ambles 27,95 sepanjang kuartal I/2020.
Belum lama ini, sejumlah analis memproyeksikan Indeks Bisnis-27 masih prospektif di tengah gejolak yang melanda pasar akibat penyebaran Covid-19. Hal itu ditopang oleh komposisi konstituen indeks tersebut.
Head of Capital Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF), dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) menahan koreksi yang dialami oleh indeks Bisnis-27. Menurutnya, ketiga emiten itu menahan koreksi indeks karena fundamental yang dimiliki oleh perseroan.
“Saat ini, investor lebih melihat fundamental masing-masing emiten dibandingkan dengan sektornya,” jelasnya.
Wawan menyebut ICBP dan INDF merupakan produsen barang konsumsi yang memiliki merek kuat di Indonesia. Sementara itu, TLKM mendapatkan keuntungan dari kebijakan work from home (WFH) dalam penanggulangan penyebaran Covid-19.
Adapun, BBCA menurutnya masih dilihat sebagai bank terbaik di Indonesia baik dari sisi teknologi maupun dari banyaknya jumlah transaksi.
Secara prospek dan valuasi, Wawan menyebut anggota indeks Bisnis-27 tetap menarik dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek, investor masih menunggu seberapa dalam efek Covid-19 terhadap pendapatan masing-masing emiten.