Bisnis.com, JAKARTA—Para bankir pasar modal tengah mengalami masa yang sulit dalam memprediksi arah bisnis untuk beberapa bulan ke depan. Di Asia, para bankir bersiap menghadapi perlambatan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO)
Proyeksi bisnis yang dibuat akhir tahun lalu menguap begitu saja akibat pandemi Covid-19. Padahal, saat awal tahun yang mana virus belum menyebar sedemikian parahnya, Januari dinilai menunjukkan posisi start yang bagus untuk ekonomi tahun ini.
Seperti dilansir dari Bloomberg, Kamis (2/4/2020), target IPO pada kuartal pertama mencapai US$18,26 miliar. Ini merupakan raihan tertinggi sejak 2011 lalu. Sayangnya, angka tersebut kini telah menukik tajam seiring dengan rontoknya saham-saham di seluruh dunia.
Head of Financing Group for Goldman Sachs Group Inc. Asia Aaron Arth mengatakan saat ini 2020 berpotensi menjadi salah stau tahun terburuk dalam satu dekade terakhir. Padahal awalnya tahun ini berpotensi sebaliknya.
“Memang saat itu terlalu dini untuk disimpulkan. Tapi bayangkan, jarang dalam satu tahun saja Anda memiliki dispersi hasil yang potensial,” ujarnya.
Arth menyebut situasi akan sangat bergantung ketika pandemi corona ini berakhir, yang mana perusahaan-perusahaan yang menahan diri untuk menjual sahamnya akan berbondong-bondong masuk ke pasar.
Baca Juga
Menurutnya, pandemi ini membuat banyak perusahaan di berbagai negara menangguhkan rencana IPO mereka, mulai dari maskapai penerbangan asal Indonesia yaitu Lion Air, hingga perusahaan rintisan on-demand cleaning asal China yakni 58 Home.
“Harapan rebound IPO di awal kuartal kedua pun tipis,” tambahnya.
Co-head Asia Pacific Equity Capital Markets Morgan Stanley Alex Abagian juga menilai pasar “edisi baru” di kuartal dua ini sangat berpotensi melambat. Dia memantau kemungkinan ada pemulihan dengan kurva V yang disokong oleh stimulus jor-joran.
“Mudah-mudahan itu akan merangsang volume IPO lagi," tambahnya.
Para bankir kini lebih fokus pada penawaran tindak lanjut dari perusahaan-perusahaan yang neraca keuangannya hancur akibat pandemi Covid-19 dan membutuhkan modal. Kebanyakan dari mereka mulai beralih ke aset yang lebih aman aagar dapat bertahan melewati gejolak pasar.
Namun, dalam beberapa minggu terakhir tak banyak kesempatan yang menawarkan hal tersebut. Alih-alih, penjualan saham oleh perusahaan terdaftar dan pemegang saham mereka mencatatkan awal yang buruk sejak 2009 lalu, dengan hanya mencapai US$19,55 miliar.
Emiten juga menahan diri dari penawaran lanjutan karena pasar mengalami beberapa penurunan terburuk dalam beberapa dekade. MSCI Asia Pacific Index telah merosot hampir 22 persen sejak awal tahun, dengan penurunan yang lebih dalam lagi minggu ini setelah rebound pada minggu lalu.