Bisnis.com, JAKARTA – PT Adhi Karya (Persero) Tbk. dan PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. menunda Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) untuk tahun buku 2019.
Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI) Adhi Karya menyatakan RUPST yang semula dijadwalkan pada 22 April 2020 ke 4 Juni 2020. Langkah ini diambil sebagai bentuk antisipasi penyebaran virus corona.
Dalam RUPST tersebut perseroan akan membahas sejumlah mata acara, seperti perubahan susunan pengurus, penetapan penggunaan laba bersih, termasuk pembagian dividen, tahun buku 2019, dan persetujuan menjaminkan sebagian kekayaan serta penerbitan obligasi.
Pada tahun lalu perseroan membagikan dividen dengan porsi 20 persen dari laba yang diperoleh pada 2018. Emiten berkode saham ADHI tersebut membagikan Rp128,83 miliar sebagai dividen, atau senilai Rp36,18 per saham.
Berdasarkan laporan keuangan belum diaudit, perseroan membukukan laba bersih senilai Rp700 miliar. Jumlah tersebut meningkat sekitar 9 persen dari capaian laba pada 2018 yang mencapai Rp640 miliar.
Perseroan sebelumnya memang telah menyatakan akan kembali mengemisi obligasi pada tahun ini. Namun, jumlah beserta waktu pelaksanaan emisi surat utang tersebut masih dalam kajian internal Adhi Karya.
Baca Juga
Sementara itu, Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. atau PT PP Agus Purbianto menyatakan perseroan juga akan menunda pelaksanaan RUPST pada tahun ini. Sebelumnya, RUPST dijadwalkan pada 16 April 2020.
“Saat ini semua sedang concern dengan penyebaran virus corona. RUPST akan kami undur ke setelah lebaran, tanggalnya sekitar 4 atau 5 Juni, tetapi untuk dividen kami belum ada pembahasan,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (1/4/2020).
Pada tahun lalu, emiten berkode saham PTPP itu membagikan dividen senilai Rp300 miliar atau setara Rp48,45 per saham. Rasio pembagian dividen adalah 20 persen dari laba yang diperoleh pada tahun buku 2018 senilai Rp1,5 triliun.
Pada 2019, kinerja perseroan merosot 38,06 persen menjadi Rp930,32 miliar. Penyebabnya adalah pendapatan yang menurun serta sejumlah pos beban yang membengkak.
Tahun ini juga diyakini tidak akan menjadi periode yang mudah buat emiten tersebut. Perseroan, sudah memperhitungkan dampak negatif dari penyebaran virus corona dan perkembangan kondisi ekonomi global akan berdampak cukup signifikan terhadap kinerja operasional maupup kinerja keuangan.
Dari kegiatan operasional, hambatan akan datang dari sisi pengadaan barang impor yang tersendat. Perseroan juga memperkirakan pengerjaan proyek akan terhambat apabila opsi lockdown diambil oleh pemerintah.
Selain itu, perseroan mengantisipasi adanya potensi kelangkaan sumber daya manusia dan material jika lockdown diberlakukan.
Dari sisi keuangan, perseroan memperkirakan penyebaran virus corona akan berdampak terhadap target surplus arus kas.
Penjualan dan laba juga diprediksi tidak akan sesuai target jika lockdown diberlakukan. Terdapat pula potensi beban biaya bunga karena depresiasi rupiah dan potensi kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia.