Bisnis.com, JAKARTA – Mewabahnya Covid-19 di Indonesia turut mulai menghambat kegiatan operasional PT Wijaya Karya Beton Tbk. Perseroan menyatakan dampak negatif kian terasa dalam sepekan terakhir.
Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya Beton Yuherni Sisdwi Rachmiyati mengatakan bahwa saat adanya pasien positif corona pertama kali diumumkan di Indonesia kegiatan operasional masih berjalan seperti biasa. Namun, terhitung dalam sepekan terakhir, adanya pembatasan sosial dan pembatasan wilayah di sejumlah daerah membuat beberapa pekerjaan terpaksa dihentikan.
“Mulanya kami seperti masyarakat lainnya, mengganggap tidak ada masalah, jadi awal Maret tidak ada perbedaan apapun. Makin ke sini makin terasa dampaknya, beberapa daerah sudah lakukan lock down, otomatis kami tidak bisa bekerja. Bahkan teman-teman yang sudah kadung di lokasi akhirnya dipulangkan,” jelasnya kepada Bisnis.com, Minggu (29/3/2020).
Dia menjelaskan beberapa proyek yang harus dihentikan adalah proyek di Jayapura, Papua. Perseroan memulangkan sejumlah karyawan yang berada di sana dengan menggunakan pesawat milik Tentara Nasional Indonesia Angakatan Udara (TNI-AU).
Yuherni menjelaskan kondisi ini dipastikan akan memangkas pendapatan perseroan pada kuartal I/2020, khususnya karena aktivitas operasional yang menurun pada Maret. Meski begitu, perseroan menyatakan belum memiliki kajian lengkap terkait proyeksi dampak tersebut. Perseroan saat ini masih berfokus untuk memulangkan karyawan ke keluarganya masing-masing.
“Terus terang belum ada evaluasi dampaknya, kami belum hitung, tapi sudah bisa terlihat dengan teman-teman tidak kerja di lapangan, itu kan yang menentukan pengakuan pendapatan kami nantinya,” ujarnya.
Baca Juga
Saat ini perseroan memiliki total order book sekitar Rp5,5 triliun hingga Rp6 triliun. Jika mampu diskerjakan sesuai dengan proyeksi tanpa adanya corona, order book itu cukup untuk produksi hingga sekitar 6 bulan ke depan.
Dia mengatakan selain potensi penundaan penyerahan barang yang akan berdampak pada pendapatan, perseroan menghadapi kendala dari sisi perolehan kontrak penjualan baru. Dengan mewabahnya virus corona, proses kontrak tersendat karena tidak bisa melakukan pertemuan langsung.
Meski begitu, dia mengatakan proses kontrak yang rencananya akan dibukukan pada April—Mei masih berjalan. Namun, proses tersebut kini dilakukan tanpa tatap muka, atau mengandalkan saluran komunikasi via internet.
“Kami tentu berharap semua bisa tetap berjalan, tapi mau tidak mau pasti kita harus terima pasti ada dampaknya. Seberapa besarnya dampak tersebut, itulah yang masih kami ukur,” ujarnya.
Selain dari sisi penjualan dan dan pengerjaan proyek, dampak virus ini mulai memengaruhi kegiatan produksi. Dari 15 pabrik yang dimiliki saat ini, lanjutnya, hanya sekitar separuhnya yang masih beroperasi. Salah satu pabrik yang terkendala produksinya adalah pabrik di Karawang, Jawa Barat.
“Pabrik tidak operasi ada yang memang daerah terpapar agak lumayan, contoh di Karawang. Teman-teman di sana sudah komunikasi dengan pihak Pemda, jadi ambil amannya untuk saat ini dihentikan dulu kegiatan produksinya,” tuturnya.
Perseroan saat ini memiliki total kapasitas produksi sebesar 4 juta ton per tahun. Rencananya perseroan menambah dua pabrik baru untuk meningkatkan kapasitas produksi menjadi 4,3 juta ton—4,35 juta ton per tahun.
Emiten berkode WTON ini berencana menggelontorkan belanja modal sebesar Rp948 miliar pada tahun ini. Investasi untuk mendirikan dua pabrik baru itu mencapai sekitar Rp355 miliar. Selain itu, investasi besar lainnya adalah untuk akuisisi anak usaha dengan anggaran sebesar Rp473 miliar.
“Yang paling besar investasinya untuk akuisisi, tapi belum bisa disebutkan nama perusahaannya maupun bidangnya apa karena ada beberapa perusahaan yang sedang due diligence,” ujarnya.
Hingga saat ini dia menegaskan perseroan belum melakukan kajian lebih dalam terkait dampak virus corona terhadap rencana investasi tersebut. Meski begitu, dia meyakini dengan potensi terhambatnya kegiatan operasional dan pendapatan, alokasi investasi pada tahun ini akan ikut mengalami penyesuaian.
“Sementara ini, belum ada kajian lengkapnya terhadap penjualan, omzet, kontrak, dan investasi. Tetapi yang jelas, nilai investasi kami juga akan ada mengalami adjustment. Logikanya dengan tidak bekerja 2 minggu saja pasti akan ada dampak, apalagi kalau lebih panjang,” ujarnya.