Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Longsor, Lockdown California Picu Kekhawatiran Resesi

Perintah Gubernur California kepada seluruh warga negara bagian ini untuk tidak meninggalkan rumah di tengah meluasnya penyebaran virus corona (Covid-19) melengserkan dolar Amerika Serikat (AS) dari relinya.
Seorang pembeli menghitung uang Dolar Amerika Serikat yang ditukarnya di gerai penukaran valuta asing, Jakarta, Senin (15/7/2019). - ANTARA/Puspa Perwitasari
Seorang pembeli menghitung uang Dolar Amerika Serikat yang ditukarnya di gerai penukaran valuta asing, Jakarta, Senin (15/7/2019). - ANTARA/Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA – Perintah Gubernur California kepada seluruh warga negara bagian ini untuk tidak meninggalkan rumah di tengah meluasnya penyebaran virus corona (Covid-19) melengserkan dolar Amerika Serikat (AS) dari relinya.

Dolar AS membukukan kemerosotan terburuknya dalam lebih dari empat tahun akibat tertekan kekhawatiran bahwa perintah tersebut akan diikuti negara-negara bagian lain dan mendorong AS ke dalam resesi.

Bloomberg Dollar Spot Index tergelincir sebanyak 1,8 persen pada perdagangan hari ini, Jumat (20/3/2020), sedangkan pound sterling mencatat penguatan terbesarnya terhadap greenback dalam lebih dari 11 tahun.

Gubernur California Gavin Newsom mengeluarkan perintah eksekutif kepada seluruh warga untuk untuk tetap di dalam rumah mulai Kamis (19/3) malam waktu setempat hingga ada pemberitahuan lebih lanjut.

Menurut Newsom, keputusan ini dibuat berdasarkan beberapa informasi baru dan proyeksi dari Universitas Johns Hopkins. Hingga Kamis malam, jumlah kasus Covid-19 di California mencapai 908 infeksi dengan korban jiwa mencapai 18.

Langkah Newsom menjadi upaya paling ketat oleh AS untuk membendung penyebaran corona. Ia memperkirakan 56 persen populasi negara bagian tersebut akan terinfeksi corona jika tidak ada tindakan yang signifikan.

“Dolar AS mengalami aksi jual sebagian karena kekhawatiran bahwa jika California dan beberapa negara bagian besar lain mengikuti langkah itu, tingkat pengangguran akan meningkat secara dramatis dan mendorong AS ke beberapa area antara resesi dan depresi,” ujar Mark Grant, chief global strategist di B. Riley FBR Inc.

“Ini adalah reaksi spontan dari orang-orang yang berpikir 'wah, kami tidak berpikir AS bisa masuk ke dalam masalah seperti ini tetapi mungkin memang bisa',” tambahnya, seperti dilansir Bloomberg.

Indeks dolar merosot dari rekor level tertingginya setelah mampu rally lebih dari 8 persen selama delapan sesi perdagangan terakhir. Permintaan akan mata uang cadangan dunia telah melonjak guna mengantisipasi pandemi virus corona yang berkepanjangan.

“Pergerakan dolar yang lebih lemah memberi kelonggaran bagi banyak mata uang yang telah terpukul habis olehnya,” tutur Mitul Kotecha, senior emerging-market strategist di TD Securities.

“Namun, permintaan untuk greenback tetap tinggi,” sambungnya.

Dolar bisa kembali ke jalurnya dalam beberapa bulan ke depan. Pembalikan risiko dalam jangka pendek dan jangka panjang, serta barometer sentimen pasar merupakan faktor bullish untuk greenback terhadap sebagian besar mata uang utama, terlepas dari mata uang safe haven lain seperti yen Jepang dan franc Swiss.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper