Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar telah menembus Rp16.037 per dolar AS akibat aksi jual investor yang memburu greenback.
Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 10.18 WIB, nilai tukar dolar AS terhadap rupiah sudah menembus level Rp16.037, melemah 0,79 persen. Adapun pada awal perdagangan rupiah berada di level Rp15.950 per dolar AS.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan rupiah berpotensi melemah ke level Rp16.500 per US$. Menurutnya pelemahan terjadi karena para investor panik akibat virus corona.
"Rupiah sudah mencapai Rp16.035. Ini level kunci dan akan terus melemah sambil menunggu informasi perkembangan virus corona," katanya pada Jumat (20/3/2020).
Namun, lanjutnya, publik diharapkan tidak panik karena secara fundamental ekonomi Indonesia masih kuat. Dia menambahkan saat ini penurunan suku bunga belum mampu mendorong penguatan rupiah.
Ibrahim menambahkan bahwa stimulus yang diberikan oleh bank sentral justru mengindikasikan kepanikan luar biasar kepada pasar. Pasalnya, paket stimulus itu diberlakukan secara mendadak.
Baca Juga
"Semua serba mendadak, artinya bisa jadi ada kepanikan yang hebat di bank sentral," katanya.
Sebelumnya, Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa kekhawatiran pasar masih tinggi terhadap prospek perlambatan ekonomi di tengah penyebaran virus corona atau covid-19.
Selama penyebaran masih meningkat dan lockdown masih terjadi, maka aktivitas ekonomi akan terganggu dan melambat.
“Pasar masih belum melihat stimulus yang ada sekarang bisa membantu memulihkan keadaan dengan cepat,” ujar Ariston.
Terbaru, Bank Indonesia kembali memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,5 persen. Dia mengatakan bahwa rupiah berpotensi melanjutkan pelemahan dan menguji level terendah pada 1998 di kisaran Rp16.850 per dolar AS.
Analis Capital Futures Wahyu Laksono mengatakan bahwa penurun rupiah yang menguji level psikologis terbaru Rp16.000 per dolar AS sangat wajar terjadi dalam kondisi pasar saat ini.
Semua pasar global, mulai dari aset berisiko hingga emas yang dinilai sebagai safe haven, tengah dibayangi aksi jual besar-besaran karena pasar melikuidasi aset investasi untuk mencari dolar AS lebih banyak.