Bisnis.com, JAKARTA – Emiten pertambangan PT Baramulti Suksessarana Tbk. membukukan penurunan laba bersih hingga 56,5 persen dibandingkan dengan perolehan 2018.
Mengutip laporan keuangan sepanjang 2019, emiten berkode saham BSSR tersebut membukukan laba tahun berjalan sebesar US$30,46 juta, jauh lebih rendah dibandingkan dengan laba tahun berjalan 2018 sebesar US$69,06 juta.
Penurunan laba tersebut melanjutkan tren dari 2018 yang juga mencatatkan koreksi laba tahun berjalan sebesar 16,6 persen dibandingkan dengan capaian 2017 sebesar US$82,81 juta.
Adapun, laba yang lebih rendah tahun ini disebabkan oleh penjualan BSSR tahun ini yang hanya mencapai US$418,08 juta, turun 5 persen dari capaian tahun sebelumnya sebesar US$443,43 juta.
Namun, beban pokok penjualan tahun lalu lebih tinggi menjadi US$307,62 juta daripada beban pokok penjualan pada 2018 sebesar US$286,01 juta, atau membengkak 7,5 persen.
Dari beban pokok penjualan itu total biaya produksi perseroan pada 2019 menjadi kontribusi terbesar, yaitu membengkak menjadi US$249,82 juta sehingga mendorong beban pokok penjualan juga ikut lebih besar.
Baca Juga
Adapun, biaya produksi tinggi salah satunya disebabkan oleh biaya pengupasan tanah atau stripping cost pada 2019 yang mencapai US$107,196 juta, naik 7,6 persen dari biaya tahun sebelumnya sebesar US$99,58 juta.
Di sisi lain, tercatat total liabilitas yang dimiliki turun 15,24 persen dari US$94,82 juta pada 2018 menjadi US$80,36 juta pada 2019. Selain itu, total ekuitas naik 13,3 persen menjadi US$170,31 juta.
Selain itu, total aset yang dimiliki BSSR senilai US$50,68 juta pada 2019. Jumlah itu naik 2,2 persen dari US$245,1 juta pada 2018.