Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Februari Kembali Net Subscription, Kinerja Reksa Dana Diyakini Membaik

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, total subscription sepanjang Februari tercatat sebanyak Rp47,99 triliun, sedangkan nilai penarikan investasi reksa dana (redemption) mencapai Rp47,95 triliun. Dengan demikian, terjadi aksi pembelian bersih atau net subscription senilai Rp41,91 miliar.
Direktur Penilai Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna (kanan) menerima cendera mata dari dan Direktur Indo Premier Investment Management Noviono Darmosusilo setelah peluncuran meluncurkan produk reksa dana exchange trade fund (ETF) berbasis indeks MSCI Indonesia Large Cap, Rabu (4/3 - 2020). Dhiany Nadya.
Direktur Penilai Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna (kanan) menerima cendera mata dari dan Direktur Indo Premier Investment Management Noviono Darmosusilo setelah peluncuran meluncurkan produk reksa dana exchange trade fund (ETF) berbasis indeks MSCI Indonesia Large Cap, Rabu (4/3 - 2020). Dhiany Nadya.

Bisnis.com, JAKARTA—Kendati pembelian baru investasi reksa dana (subscription) reksa dana sepanjang Februari mengalami penyusutan secara month on month, kondisi ini diyakini akan cepat berbalik.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, total subscription sepanjang Februari tercatat sebanyak Rp47,99 triliun, sedangkan nilai penarikan investasi reksa dana (redemption) mencapai Rp47,95 triliun. Dengan demikian, terjadi aksi pembelian bersih atau net subscription senilai Rp41,91 miliar.

Akan tetapi, jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, total nilai pembelian investasi tercatat melambat 14,65 persen secara bulanan (mom). Meskipun terjadi net redemption pada Januari, aksi beli mencapai Rp56,23 triliun.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan itu sebagai efek domino dari kehawatiran investor akan kondisi pasar belakangan ini, ditambah secara portofolio memang kinerja Februari kurang memuaskan.

“Melambat? Iya pasti, karena kekhawatiran juga,” kata dia saat dihubungi Bisnis.com, Rabu (4/3/2020).

Di sisi lain, penurunan nilai subscription dipengaruhi oleh turunnya valuasi saham yang menjadi portofolio reksa dana serta harga surat utang yang juga sempat turun sepanjang bulan lalu.

“Nilai sih pasti turun soalnya reksa dana saham itu kan pasti negatif. Sepanjang Februari aja minus rata-rata 7 persen. SUN juga sempat turun karena kemarin asing jual-jual, ” tambahnya.

Menurutnya, reksa dana memiliki banyak lini produk sehingga investor sebenarnya punya banyak alternatif, misalnya dengan memilih instrumen yang lebih konservatif. Adapun saat kondisi pasar kembali membaik dengan sendirinya investor juga akan semakin mengoleksi reksa dana.

Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich meyakini dalam jangka pendek pasar akan lebih stabil dan turut meningkatkan jumlah pembelian atau subscription di reksa dana. Adapun saat ini dia menilai investor individu cukup aktif membeli reksa dana saat terjadi koreksi pasar.

“Pasar memanfaat momentum koreksi untuk mendapatkan capital gain lebih baik di masa depan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper