Bisnis.com, JAKARTA – Kondisi pasar yang terus bergejolak sejak awal tahun turut menyeret industri reksa dana, khususnya reksa dana saham dan campuran. Target kinerja kedua instrumen investasi ini pun berpotensi dipangkas.
Sepanjang Februari lalu, indeks harga saham gabungan berakrobat yang mana pada awal tahun masih berada di level 6.200-an, sedangkan di akhir Februari indeks sempat mencatatkan titik terendah di level 5.288 sebelum akhirnya tutup di level 5.400.
Berdasarkan data Infovesta, kinerja reksa dana saham sepanjang Februari 2020 yang tergambar dalam Infovesta 90 Equity Fund Index membukukan imbal hasil negatif 13,83 persen. Hal serupa juga dialami oleh reksa dana campuran yang turun 6,43 persen.
Sementara itu, Infovesta 90 Fixed Income Fund Index membukukan imbal hasil 1,74 persen, dan Infovesta 90 Money Market Fund Index mencatatkan return 0,88 persen.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan pihaknya akan melakukan revisi target kinerja reksa dana saham dan campuran. Namun, saat ini masih menunggu musim laporan kinerja perusahaan usai untuk melihat sejauh apa dampak dari wabah corona.
“Kita pasti revisi. Mungkin sekitar April. Tapi kalau untuk fixed income dan pasar uang tetap [pada target sebelumnya],” ujarnya saat dihubungi Bisnis.com, (3/3/2020).
Baca Juga
Sebelumnya akhir 2019 lalu Infovesta menargetkan return reksa dana saham akan mencapai 10 persen pada tahun ini. Sementara reksa dana pendapatan tetap diprediksi 7-8 persen dan reksa dana pasar uang 4-4,5 persen.
Di sisi lain, Wawan menuturkan meski hampir semua produk reksa dana saham mencatatkan return negatif sepanjang Februari ini, tapi kinerja reksa dana menunjukkan perlawanan yang baik.
“Negatif sudah dari awal tahun, tapi kalau kita spesifik bicara bulan Februari itu IHSG mencapai 8 persen, tapi rata-rata reksa dana saham minusnya cuma sekitar 7 persen ini perkembangan baru,” katanya
Hasil itu, menurut Wawan, menunjukkan bahwa paling tidak fund manager sudah melakukan perubahan strategi, sehingga secara kinerja lebih baik dari indeks.
Dia menyebut kinerja reksa dana tak terlepas dari tantangan yang tengah dialami pasar, termasuk kekhawatiran akan wabah corona dan dampak ekonominya ke Indonesia. Dia optimistis kondisi ini segera membaik apalagi bulan Februari pasar sudah terkoreksi cukup dalam.
“Biasanya abis terkoreksi dalam akan rebound apalagi bulan ini bulannya lapkeu [laporan keuangan], setelah itu bulannya dividen. Itu harapannya dapa membuat harga saham terapresiasi, mungkin tidak akan kembali ke 6.000, tapi bisa ke 5.800-5.900,” tuturnya.