Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Efek Indonesia (BEI)telah menyiapkan beragam jurus supaya pasar modal domestik tidak terpapar lebih akut oleh sentimen virus corona.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Inarno mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan pemerintah, mulai dari presiden, Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, hingga Otoritas Jasa Keuangan. Dia mengaku efek domino dari penyebaran virus corona telah menyebabkan kepanikan di kalangan investor sehingga turut menyeret Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
“Jadi, kami harapkan untuk tidak panik dan selalu optimistis menghadapi virus korona. Selain itu, jangan reaktif terhadap kejadian yang ada di sini terkait penurunan harga. Kami memiliki prosedur supaya pasar tidak turun drastis,” katanya pada Senin (2/3).
Inarno menuturkan, fundamental emiten dinilai masih solid dengan rasio price to earning yang relatif rendah. Di samping itu, tingkat pengembalian modal atau return on equity juga lebih tinggi dibandingkan dengan regional.
Untuk diketahui, pada perdagangan hari ini, Senin (2/3/2020) ditutup melemah 1,68 persen ke level 5.361, level terendah dalam tiga tahun terakhir. Penurunan IHSG ini sekaligus menjadi koreksi hari keenam berturut-turut sejak perdagangan 21 Februari 2020.
Inarno menerangkan, regulator sangat berhati-hati dalam mengambil kebijakan untuk menjaga stabilitas pasar. BEI, lanjutnya, akan melihat secara seksama perkembangan dari pergerakan pasar bersama dengan regulator yang lain.
Baca Juga
Langkah awal yang diambil oleh regulator adalah pelarangan short selling atau jual singkat. Inarno mengatakan langkah itu diambil supaya pasar lebih stabil dan meredam kepanikan para investor.
Selain itu, BEI juga menyimpan opsi lain seperti auto reject asimetris. Menurutnya, bila pasar terus menunjukkan penurunan otoritas akan mengambil kebijakan tersebut untuk meredam anjloknya IHSG.
Dia menambahkan, pihaknya juga tengah mendorong emiten untuk melakukan public expose insidentil. Hal ini dilakukan supaya investor mengetahui prospek bisnis masing-masing emiten.
“Kami akan memfasilitasi perusahaan publik yang ingin melakukan public expose. Ini adalah sinyal kepada market bahwa fundamental masih bagus,” katanya. Inarno mengatakan akan mengeluarkan kebijakan pencegahan sesuai dengan kondisi pasar domestik dan regional.
Sementara itu, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono W. Widodo mengatakan pasar saat ini belum menjurus pada krisis. Menurutnya, pasar masih sehat karena minim intervensi.
“Kami pilih solusi atau intervensi yang paling minim karena kami belum melihat sesuatu yang menjurus ke krisis,” katanya.
Dalam protokol manajemen krisis yang diadopsi BEI, Bursa baru akan melakukan circuit breaker atau penghentian perdagangan dalam beberapa saat bila penurunan indeks mencapai 10 persen. Bila penurunan indeks sampai 15 persen, BEI akan melakukan suspensi pasar setelah halting atau circuit breaker dicabut.