Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Masih Terpapar Corona, Saatnya Tambah Investasi

Net foreign sell di pasar reguler hanya mencapai Rp105 miliar. Angka ini dinilai tidak terlalu signifikan terhadap penurunan IHSG pada Jumat
Karyawan beraktivitas di galeri PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (28/1/2020). Bisnis/Triawanda Tirta Aditya
Karyawan beraktivitas di galeri PT Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (28/1/2020). Bisnis/Triawanda Tirta Aditya

Bisnis.com, JAKARTA – Kekhawatiran terhadap penyebaran virus corona menjadi momok yang membuat kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) tertekan. Namun, kondisi ini dinilai dapat menjadi momentum untuk menambah investasi di pasar modal.

Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio mengatakan bahwa net foreign sell di pasar reguler hanya mencapai Rp105 miliar. Angka ini dinilai tidak terlalu signifikan terhadap penurunan IHSG pada Jumat.

Di sisi lain dia mengatakan bahwa hal ini juga bukan disebabkan oleh kekhawatiran investor asing terhadap kondisi fundamental Indonesia. Hal ini terlihat dari pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang masih terjadi di kisaran 4,9 persen—5 persen.

“Selain itu, inflasi kita terjaga di 2,7 persen dengan suku bunga di 4,75 persen, yang artinya real interest rate kita di angka 2 persen. Debt to GDP ratio Indonesia juga masih dibawah 30 persen, beberapa indikator yang ada sebenarnya menunjukkan kalau Indonesia masih berfundamental baik,” jelasnya kepada Bisnis, Jumat (28/2/2020).

Menurutnya, hal itu lebih banyak disebabkan oleh kekhawatiran terhadap virus corona yang juga terjadi seluruh dunia. Hal ini terlihat dari berbagai indeks saham di pasar global yang juga mengalami koreksi besar-besaran dalam minggu ini. Kondisi ini membuat investor menjual aset yang lebih berisiko.

“Hal ini menyebabkan institusi melakukan mode risk-off dengan mereka menjual aset yang lebih berisiko, dan membeli aset safe haven seperti dolar, yen, dan emas. Hal ini dapat kita lihat dari apresiasi harga pada aset safe haven tersebut di pasar kurs maupun pasar komoditas,” tuturnya.

Menurutnya, di tengah kondisi makroekonomi yang tidak stabil seperti saat ini, pelaku pasar diharapkan tidak panik. Dia juga mengatakan bahwa kondisi ini dapat dijadikan peluang bagi investor untuk membeli saham-saham berkapitalisasi besar, khususnya dengan rekam pembagian dividen konsisten.

Beberapa saham yang dapat dikoleksi di antaranya, saham emiten perbankan, seperti BBRI, BMRI, dan BBNI. Di sisi lain, high dividend play seperti HMSP dan UNTR saat ini juga dinilai berada pada valuasi yang menarik.

“Contohnya, UNTR pada hari ini ditutup pada harga Rp16,600, tahun lalu mendistribusikan dividen total sebesar Rp1.193 per saham, kalau kita beli pada penutupan hari ini, dan asumsi dividend payout yang sama, maka dividend yield yang diterima adalah sebesar 7,2 persen,” jelasnya.

Dia menambahkan saham juga menjadi pilihan yang lebih baik dari deposito yang hanya menawarkan bung 5,5 persen. Sementara itu, saham UNTR yang dicontohkannya dapat memberikan yield dividen sebesar 7,2 persen, belum termasuk capital gain.

“Kalau disuruh memilih, lebih baik beli saham yang memberikan deviden 7,2 persen, atau menyimpan uangnya di deposito, tentunya pilihan membeli saham menjadi jauh lebih menarik, dan hal ini bisa kita dapatkan ketika pasar sedang tidak rasional seperti saat ini,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper