Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ditutup di Zona Merah, Rupiah Semakin Dekati Rp14.000

Rupiah gagal untuk memanfaatkan momentum pelemahan harga minyak karena isu wabah korona menimbulkan kekhawatiran perlambatan ekonomi.
Karyawan menanta uang rupiah di kantor cabang Bank BRI syariah, Senin (3/7/2017). Bisnis/Abdullah Azzam
Karyawan menanta uang rupiah di kantor cabang Bank BRI syariah, Senin (3/7/2017). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah semakin mendekati level Rp14.000 per dolar AS seiring dengan meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap penyebaran virus corona atau Covid-19. Pada penutupan perdagangan Rabu (26/2/2020) rupiah masih parkir di zona merah ke level terendahnya sejak tujuh pekan terakhir.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp13.940 per dolar AS, terkoreksi 0,38 persen atau 54 poin. Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak menguat tipis 0,05 persen di level 99,021.

Pada pergerakan kali ini, rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terburuk ketiga di antara mata uang Asia, di bawah won dan baht yang masing-masing melemah 0,52 persen dan 0,4 persen. Sepanjang tahun berjalan 2020, rupiah telah terkoreksi 0,531 persen.

Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa rupiah gagal untuk memanfaatkan momentum pelemahan harga minyak karena isu wabah korona menimbulkan kekhawatiran perlambatan ekonomi.

Padahal, pelemahan harga minyak seharusnya menjadi katalis positif bagi rupiah mengingat Indonesia merupakan negara net importir minyak sehingga harga yang murah akan mengurangi beban impor dan cadangan devisa yang menjadi fundamental pergerakan rupiah.

“Kemarin WHO memberi peringatan bahwa wabah ini bisa berubah dari endemi menjadi pandemi yang artinya meluas dengan cepat. Ini menambah kekhawatiran pasar,” ujar Ariston saat dihubungi Bisnis, Rabu (26/2/2020).

Belum lagi, total dana asing yang keluar dari Indonesia hari ini mencapai 1,75 triliun yang menjadi katalis negatif rupiah.

Sementara itu, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa pelemahan rupiah disebabkan oleh data eksternal yang begitu kuat sehingga optimisme pasar domestik akibat stimulus yang digelontorkan pemerintah Indonesia tidak bisa mengangkat sentimen positif rupiah.

“Imbal hasil obligasi untuk tenor 10-tahun AS turun ke rekor terendah 1,307 persen di tengah meningkatnya kekhawatiran dampak potensial pada pertumbuhan global dari Covid-19 akan lebih buruk dari yang diharapkan,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Rabu (26/2/2020).

Ibrahim memprediksi rupiah masih bergerak melemah di kisaran Rp13.900 per dolar AS hingga Rp14.000 per dolar AS pada perdagangan Rabu (26/2/2020), sedangkan Ariston memproyeksi rupiah bergerak di kisaran Rp13.850 per dolar AS hingga Rp14.000 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper