Bisnis.com, JAKARTA—Sentimen negatif yang menerpa dunia reksa dana dalam dua bulan pertama di 2020 membuat investor cemas dan menggugah investor untuk mengalihkan investasi ke instrumen lain. Dalam kondisi ini, apa yang seharusnya dilakukan oleh investor reksa dana?
Direktur Riset dan Kepala Investasi Alternatif PT Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo mengatakan nasabah atau investor reksa dana tidak perlu khawatir dan terburu-buru menarik dana investasi. Alih-alih berpaling, investor sebaiknya mencermati produk investasi yang sudah dimiliki.
Soni memberikan sejumlah tips bagi investor untuk mencermati portofolio investasi ; apakah aman atau tidak.
Pertama, diskusi dengan agen atau petugas akun (account officer) reksa dana tempat nasabah membeli reksa dana. Tanyakan penempatan dana dari produk reksa dana yang dimiliki, minimal 10 portofolio terbesar dari produk reksa dana tersebut.
Kedua, periksa apakah portofolio investasi, khususnya saham merupakan saham yang memiliki likuiditas yang tinggi atau rendah. Saham yang paling likuid ada di dalam indeks LQ45. Saham-saham LQ45 umumnya lebih mudah untuk transaksi jual beli, dibandingkan saham-saham dengan kapitalisasi kecil (small caps).
Ketiga, cermati reputasi dan pengalaman Manajer Investasi. Siapa saja orang yang mengelola saham dan berapa tahun pengalaman dan pemahaman terhadap produk investasi, terutama saham-saham yang tercatat di bursa efek.
“Kemudian, perhatikan diversifikasi investor. Memahami apakah produk investasi tersebut terkonsentrasi ke sejumlah investor tertentu atau memiliki beragam investor,” ujar Soni kepada Bisnis, Selasa (25/2/2020).
Terakhir, hal yang perlu diingat dan tak kalah penting, sebelum berinvestasi itu berarti memiliki tugas untuk menelusuri terlebih dahulu isi portofolio investasi, kualitas produk reksa dana, dan reputasi manajemen investasi.
Dengan mencermati produk yang dibeli, Anda bisa berinvestasi dengan aman dan nyaman. Ingatlah perumpamaan, jangan beli kucing dalam karung !