Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Seluruh Mata Uang Asia Tak Berdaya Lawan Dolar AS

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 16.52 WIB won memimpin pelemahan dengan bergerak turun 0,89 persen, diikuti oleh ringgit yang terkoreksi 0,82 persen, dan rupiah yang melemah 0,807 persen.
Aktivitas penukaran mata uang di Money Changer Mandiri Syariah Thamrin, Jakarta, Selasa (2/7/2019). Bisnis/Abdullah Azzam
Aktivitas penukaran mata uang di Money Changer Mandiri Syariah Thamrin, Jakarta, Selasa (2/7/2019). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang Asia kompak tidak berdaya melawan kuatnya dolar AS, bertahan di zona merah pada perdagangan Senin (24/2/2020) seiring dengan penyebaran virus corona di luar China yang semakin parah.

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 16.52 WIB won memimpin pelemahan dengan bergerak turun 0,89 persen, diikuti oleh ringgit yang terkoreksi 0,82 persen, dan rupiah yang melemah 0,807 persen.

Selain itu, sepanjang tahun berjalan 2020 juga tidak ada satupun mata uang Asia yang memiliki kinerja impresif. Seluruh mata uang Asia bergerak di zona merah secara year to date. Kinerja terburuk dipimpin oleh baht yang melemah 6,31 persen, dilanjuti oleh won yang turun 5,26 persen, dan dolar Singapura yang terkoreksi 4,02 persen.

Ahli Strategi Scotiabank Singapura Qi Gao mengatakan bahwa mata uang di kawasan Asia diprediksi masih tetap bergerak dalam tekanan pada satu hingga dua pekan ke depan di tengah penyebaran virus corona yang semakin meluas.

Munculnya pusat-pusat baru infeksi virus corona di luar China memicu kekhawatiran wabah ini bisa menjadi pandemi global sehingga mengguncang pasar keuangan dan memicu kekhawatiran pasar atas potensi melemahnya ekonomi.

“Penghindaran risiko akan berlanjut untuk sementara waktu dan merusak mata uang pasar berkembang di Asia,” ujar Qi Gao seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (24/2/2020).

Sebagai informasi, lebih dari 700 orang dipastikan telah terinfeksi virus corona di Korea Selatan dan pemerintah setempat pun menaikkan tingkat siaga menjadi merah.

Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengatakan bahwa pemerintah dapat mengambil langkah kuat yang belum pernah dilakukan sebelumnya untuk mengatasi wabah tersebut.

Sementara itu, Ahli Strategi Pasar Negara Berkembang TD Securities Singapura Mitul Kotecha mengatakan bahwa pasar menjadi semakin fokus pada risiko kerusakan ekonomi yang berpotensi bertahan lebih lama daripada yang diperkirakan sebelumnya

“Rantai pasokan menjadi semakin tertutup, sementara layanan dan pariwisata menderita di banyak negara,” ujar Mitul seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (24/2/2020).

Di sisi lain, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa pelemahan rupiah disebabkan oleh penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia pada pekan lalu.

Sebagai informasi, Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,75 persen. Penurunan tersebut untuk mengakomodasi tekanan pelemahan pertumbuhan akibat ketidakpastian global.

“Penurunan tersebut membuat pemanis investor untuk berinvestasi pada rupiah menjadi berkurang sehingga mata uang itu pun berpotensi mengalami tekanan,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Senin (24/2/2020).

Pada penutupan perdagangan Senin (24/2/2020), rupiah berada di posisi Rp18.872 per dolar AS, melemah 0,807 persen atau 112 poin. Pada pertengahan perdagangan, rupiah sempat menyentuh level terendahnya dalam enam pekan terakhir di Rp18.883 per dolar AS.

Ibrahim juga mengatakan bahwa rupiah gagal memanfaatkan momentum pelemahan harga minyak yang terjadi dalam beberapa perdagangan terakhir. Pasalnya, lanjut Ibrahim, Indonesia adalah negara net importir minyak, yang mau tidak mau harus mengimpor demi memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Saat harga minyak turun, maka biaya impor menjadi lebih murah sehingga menjadi katalis positif bagi rupiah,

Dia memproyeksi pada perdagangan Selasa (25/2/2020) rupiah masih melanjutkan pelemahan dengan bergerak di kisaran Rp13.750 hingga Rp13.815 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper