Bisnis.com, JAKARTA – PT Arthakencana Rayatama selaku pengendali PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) menambah saham di anak usahanya tersebut dengan transaksi sekitar Rp9,49 miliar.
Dalam keterbukaan informasi, Direktur Arthakencana Rayatama, Cynthia Theresia Buniardi menyampaikan perusahaan melakukan investasi pembelian saham AKR Corporindo pada 14—20 Februari 2020. Jumlah saham yang dibeli 3,12 juta dengan harga pembelian rata-rata Rp3.024,14.
Dengan demikian, nilai transaksi pembelian saham berkisar Rp9,49 miliar. Arthakencana pun memegang 59,19 persen saham AKRA, meningkat 0,08 persen dari sebelumnya 59,11 persen.
“Tujuan transaksi adalah investasi dengan status kepemilikan saham secara langsung,” paparnya dalam surat bertanggal Jumat (21/2/2020).
Mengutip data Bloomberg, saham AKRA memang cenderung melemah sepanjang 2020. Pada akhir Desember 2019, saham AKRA ditutup di level Rp3.950.
Pada perdagangan Senin (24/2/2020) pukul 9:42 WIB, saham AKRA turun 2,3 persen menjadi Rp2.980. Artinya, sepanjang tahun berjalan harga terkoreks 24,56 persen.
Adapun, hingga penutupan perdagangan Kamis (20/2/2020), atau periode setelah pembelian saham oleh Arthakencana Rayatama, saham AKRA ditutup di posisi Rp3.060, merosot 22,53 persen sepanjang 2020.
Baca Juga
Sebetulnya fundamental kinerja AKR Corporindo cukup apik. Per September 2019, perusahaan mengantongi pendapatan senilai Rp15,11 triliun, terkoreksi dari posisi per September 2018. Rp16,82 triliun.
Laba bersih merosot menuju Rp546,75 miliar dari sebelumnya Rp1,31 triliun. Namun, pada 2018 ada extra ordinary profit dari divestasi aset di China, sehingga laba bersih konsolidasi pada 2019 lebih rendah
Pada 2020, PT AKR Corporindo Tbk. menargetkan pertumbuhan volume distribusi bahan bakar minyak (BBM) sebesar 10 persen—15 persen menjadi 2,31 juta hingga 2,41 juta kiloliter.
Direktur AKR Corporindo Suresh Vembu mengatakan bahwa perseroan masih optimistis dapat mencatatkan kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu meskipun pasar masih dibayangi ketidakpastian global.
“Capaian distribusi BBM perseroan pada tahun lalu mencapai 2,1 juta kiloliter, kami optimistis tahun ini distribusi BBM dapat naik 10 persen hingga 15 persen di atas capaian tahun lalu,” ujar Suresh kepada Bisnis.com, Rabu (19/2/2020).
Saat ini, lini bisnis distribusi BBM masih menjadi kontributor pendapatan perseroan terbesar dengan porsi sekitar 70 persen.
Emiten berkode saham AKRA itu mendapatkan alokasi penyaluran BBM bersubsidi dari pemerintah sekitar 234.000 kiloliter. Segmen bisnis itu sempat terhenti pada Mei 2019 lalu.
Selain itu, melalui entitas anak usahanya PT Aneka Petroindo Raya, hasil join venture dengan British Potreleum (BP), perseroan juga terus menggenjot kinerja penjualan BBM ritel melalui SPBU.
AKRA menargetkan untuk membangun SPBU sekitar 20-30 outlet setiap tahun sehingga dalam 10 tahun ke depan perseroan akan memiliki 350 outlet. Terbaru, perseroan baru saja resmi membuka SPBU ke-14 di Ciater Pamulang, Tangerang Selatan.
Di bisnis lahan industri, AKRA terus menggenjot penjualan lahan industri di kawasan industri Java Integrated Industrial Port Estaste (JIIPE). Menurut Suresh, AKRA tengah bernegoisasi dengan beberapa calon tenant baru yang akan menghuni kawasan industri JIIPE.
Berdasarkan minat dan diskusi investor, AKRA menargetkan penjualan lahan industri seluas 30 hektare (ha) pada 2020. Dia menjelaskan target tersebut akan terus bertambah sesuai dengan inquiry baru.
Dalam risetnya, analis Kresna Sekuritas Timothy Gracianov menyampaikan volume distribusi biodiesel AKRA pada 2020 diproyeksi turun dari 407.000 kl menjadi 498.693 kl. Akibatnya, volume distribusi BBM diestimasi turun menjadi 1,7 juta kl.
Di bisnis kawasan industri, AKRA diperkirakan membukukan penjualan 20 ha pada 2020 dengan rerata harga penjualan Rp2,5 juta per meter persegi.
“SPBU AKRA dan BP tantangannya adalah kompetisi harga dengan Pertamina dan ekspansi di lokasi yang premium untuk menjaga volume penjualan yang sehat,” tulisnya dalam riset.
Pendapatan AKRA diestimasi meningkat dari Rp19,62 triliun pada 2019 menjadi Rp21,55 triliun. Adapun labanya diperkirakan tumbuh dari Rp913 miliar menjadi Rp1,09 triliun.
Kresna Sekuritas merekomendasikan hold terhadap AKRA dengan target harga Rp3.700 per saham yang mencerminkan proyeksi price to earnings ratio (PER) 15 kali pada 2020.