Bisnis.com, JAKARTA – Emiten barang konsumsi PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) konsisten tak ingin berutang pada 2020, sama seperti tahun sebelumnya.
Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian pada 2019 lalu yang diterbitkan di harian Bisnis Indonesia, perseroan yang populer dengan jenama Tolak Angin ini membukukan kenaikan penjualan 11 persen menjadi Rp3,07 triliun.
Dari sisi laba bersih, SIDO juga tampak sehat dengan kenaikan sebesar 21,67 persen menjadi Rp807,69 miliar tanpa catatan utang.
“Kita posisinya cash rich. Nggak perlu dana dari bank karena kasnya cukup untuk mendanai perusahaan sendiri,” ujar Direktur Keuangan SIDO, Leonard kepada Bisnis.com di kantor Sido Muncul, Cipete Raya, Jakarta Selatan pada Kamis (20/2/2020).
Sido Muncul juga termasuk emiten yang royal membagikan deviden dengan persentase yang besar terhadap investornya. Pada November 2019 lalu, melalui RUPS, perseroan setuju membagikan 87 persen dari laba bersih atau laba per saham yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp54,3 per saham.
“Kita melihat kebutuhan dana operasional cukup didanai oleh perusahaan dan saat ini kita melihat ke depannya capex-nya tidak sebesar tahun 2018. Jadi dananya lebih baik sebagai return of investment untuk investor kita. Investor juga happy dengan kita memberikan deviden yang persentasenya besar,” jelas Leonard.
Baca Juga
Ke depannya, perseroan akan menganggarkan capital expenditure atau belanja modal sebesar Rp180 miliar yang mayoritas akan digunakan untuk maintenance dan menyelesaikan proyek-proyek dari tahun lalu yang belum terselesaikan.
“Target pertumbuhan 10 persen untuk top line dan bottom line, minimal. Kita pikir 10 persen juga cukup besar,” tuturnya.
PASAR EKSPOR
Pasar ekspor yang dimulai Sido Muncul pada tahun 2019 juga dinilai dapat berkontribusi sebesar 5 persen terhadap penjualan perseroan. Sido Muncul pada tahun lalu telah berekspansi di tiga negara yakni Filipina, Malaysia dan Nigeria dan menargetkan lebih agresif pada tahun ini.
Leonard menyebut faktor penguatan rupiah sejatinya tidak terlalu berpengaruh pada kinerja perseroan mengingat saat ini Sido Muncul menerapkan opsi natural hedging untuk transaksi luar negerinya.
“Kita nggak ada masalah soalnya kita natural hedging. Jadi kita punya cost dan revenue-nya sama, sekitar 5-6 persen US dollar. Jadi nggak ada pengaruh kalau rupiahnya menguat dan melambat. Natural Hedging itu sangat cocok dengan Sido Muncul,” pungkasnya.