Bisnis.com, JAKARTA – Bursa China ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Rabu (19/2/2020), di tengah bertahannya kekhawatiran seputar wabah virus corona (Covid-19) yang telah merenggut lebih dari 2.000 nyawa.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks CSI 300 di Shenzhen yang berisikan saham-saham blue chip berakhir terkoreksi 0,15 persen atau 6,20 poin di level 4.051,31.
Dari 300 saham yang diperdagangkan dalam CSI 300, sebanyak 112 saham menguat, 176 saham melemah, dan 12 saham stagnan.
Saham Zhejiang Huayou Cobalt Co. Ltd. yang merosot 9,99 persen mengalami penurunan terbesar, disusul China Molybdenum Co. Ltd. yang turun tajam 9,90 persen.
Sementara itu, indeks Shanghai Composite ditutup melemah 0,32 persen atau 9,57 poin di level 2.975,4, setelah mampu mencatat kenaikan selama tiga hari perdagangan beruntun sebelumnya.
Sebanyak 495 saham menguat, 974 saham melemah, dan 75 saham stagnan dari 1.544 saham yang diperdagangkan dalam indeks Shanghai. Seluruh sektor pun terkoreksi, dipimpin saham emiten industri.
Saham Beijing-Shanghai High Speed Railway Co. yang turun 3,4 persen menjadi penekan utama atas pelemahan indeks Shanghai.
Adapun penurunan terdalam dibukukan saham Southern Publishing & Media Co. sebesar 10,03 persen, diikuti saham Zhejiang Huayou Cobalt Co. Ltd. yang merosot 9,99 persen.
Dikutip dari www.worldometers.info, korban jiwa di China tercatat 2.002 orang hingga Selasa (18/2/2020) malam waktu GMT atau Rabu (19/2/2020) pagi WIB. Angka ini bertambah sebanyak 134 orang dari satu hari sebelumnya.
Sementara itu, kematian di luar China terjadi di Taiwan, Prancis, Jepang, Filipina, dan Hong Kong, masing-masing sebanyak 1 orang. Dengan demikian, wabah virus ini telah merenggut total 2.007 nyawa.
Di Provinsi Hubei sendiri, jantung wabah virus ini, terdapat 132 kematian baru dan 1.693 kasus baru virus corona sehingga menjadikan total kasus di provinsi ini sebesar 61.682, menurut komisi kesehatan setempat.
Meski demikian, Hubei terus melaporkan jumlah kasus baru yang lebih rendah setiap harinya. Angka tersebut adalah jumlah kasus baru terendah sejak China mengumumkan perubahan dalam metode pendeteksi infeksi pekan lalu.
Otoritas Hubei akan melacak pembelian obat batuk dan demam dalam beberapa pekan terakhir untuk mendeteksi pasien virus corona yang tidak teridentifikasi, seperti dilansir Bloomberg.
Hal tersebut merupakan langkah terbaru dari pemerintah dalam upaya untuk menghentikan penyebaran virus. Sebelumnya, otoritas setempat telah memberlakukan kebijakan lockdown terhadap puluhan juta orang, membuka rumah sakit baru dan pusat isolasi, mewajibkan pemeriksaan suhu mandiri, dan melakukan pencarian orang-orang yang menunjukkan gejala infeksi virus corona dari rumah ke rumah.