Bisnis.com, JAKARTA – Emiten menara PT Bali Towerindo Sentra Tbk. bakal mempertahankan strategi pertumbuhan organik pada tahun ini.
Pada saat ini salah satu emiten telekomunikasi tengah mendivestasikan aset-aset menara yang tersebar di Indonesia. Kendati demikian, emiten berkode saham BALI itu tetap mengandalkan pertumbuhan organik daripada melakukan akuisisi.
Wakil Direktur Utama Bali Towerindo Sentra, Lili Hidayat mengatakan perseroan tidak mempersiapkan alokasi anggaran untuk mengakuisisi menara milik perusahaan lain. Alih-alih akuisisi, BALI lebih menyukai membangun menaranya sendiri.
“Bali Tower mengutamakan pertumbuhan organik yang disesuaikan dgn kapabilitas perusahaan. Jadi belum ada rencana untuk melakukan akuisisi menara milik perusahaan lain,” katanya kepada Bisnis pada Selasa (11/2/2020).
Tahun ini BALI menyiapkan belanja modal sebesar Rp300 miliar sampai dengan Rp 500 miliar untuk membangun menara baru. Dana itu diperoleh dari penerbitan obligasi dan EBITDA perseroan. Untuk satu menara baru, perseroan membutuhkan modal minimal Rp300 juta untuk lokasi yang telah berkembang seperti Jakarta.
Sementara untuk membangun menara di area baru BALI memerlukan dana minimal Rp500 juta. Dengan penambahan kapasitas, BALI menargetkan jumlah tenant akan bertambah menjadi 500 sampai dengan 700 dari posisi saat ini berjumlah 1.700 tenant.
Saat ini, tenant utama BALI adalah Smartfren dengan kontribusi terhadap pendapatan sebesar 36 persen. Kemudian, Telkomsel dan Telkom sebanyak 27 persen, Indosat Ooredoo 19 persen, XL Axiata 13 persen dan Tri Hutchinson 5 persen.
BALI tercatat memiliki 3.687 menara dan jaringan fiber optik sepanjang 5.013 kilometer.