Bisnis.com, JAKARTA – PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia Tbk. (GMFI) menunggu stabilnya harga saham perusahaan sebelum melaksanakan private placement.
Private placement merupakan aksi penerbitan saham baru dengan pembeli oleh investor strategis yang sudah siaga. Aksi ini tanpa melalui penawaran di lantai bursa. Aksi yang dikenal juga dengan Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu atau (PMTHMETD) ini akan menyebabkan saham publik yang beredar mengalami dilusi atau mengalami penurunan persentase kepemilikan.
Sekretaris Perusahaan GMFI Maryati mengatakan bahwa perseroan masih menunggu waktu yang tepat untuk melakukan hal itu.
“Belum ada update lagi, kami masih terus melakukan kajian sejauh ini. Rencana tersebut masih belum dilaksanakan menunggu stabilitas harga saham,” katanya kepada Bisnis, Jumat (7/2/2020).
GMFI yang juga anak usaha PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) ini disebutkan tengah mengkaji langkah-langkah lanjutan yang akan dilakukan dalam merealisasikan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement itu. Perseroan juga masih menyusun strategi agar hal ini dapat terlaksana secara efektif.
Pada Januari 2018, GMFI menyampaikan akan melepas 2,34 miliar lembar saham baru atau setara 8,24 persen. Rencana ini merupakan bagian dari pelepasan saham kepada investor potensial sebesar 20 persen melalui skema private placement.
Baca Juga
Salah satu mitra strategis yang selama ini disebut-sebut akan masuk ke dalam GMFI adalah Air France KLM E&M, sebuah perusahaan maintenance, repair, dan overhaul (MRO) asal Eropa. Namun, pihak manajemen mengatakan Air France KLM belum dapat dipastikan menjadi mitra strategis tersebut.
Pada perdagangan Jumat (7/2/2020), harga saham emiten dengan ticker GMFI ini merosot 1,79 persen ke level Rp110 per lembar saham. Level tersebut menjadi yang terendah sepanjang sejarah perseroan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI).
GMFI tercatat di BEI pada Oktober 2018. Harga sahamnya sempat mencapai level Rp396 per lembar saham pada November 2017. Posisi ini menjadi level tertinggi sejauh ini. Namun, sejak akhir April 2018, harga sahamnya cenderung terus turun di bawah harga pencatatan perdanadi angka Rp400.