Bisnis.com, JAKARTA – PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) menyiapkan belanja modal Rp11,5 triliun pada tahun ini.
Sekretaris Perusahaan WIKA Mahendra Vijaya menyatakan alokasi belanja modal mengalami penurunan sekitar 26,28 persen. Pada tahun lalu, perseroan mengalokasikan dana sebesar Rp15,6 trilun untuk belanja modal.
Kendati demikian, Direktur Utama Wijaya Karya Tumiyana memaparkan bahwa perseroan masih memiliki ruang untuk meningkatkan belanja modal hingga Rp19 triliun per tahun. Jumlah itu dengan mengerek debt to equity ratio (DER) ke level 2,5 kali.
Sejauh ini, dia mengatakan bahwa perseroan mejaga DER pada kisaran 2,25 kali hingga 2,5 kali. Menurutnya, dengan DER maksimal ini, perseroan akan memiliki total ekuitas hingga Rp60 triliun, di mana sepertiganya dapat digunakan untuk belanja modal.
“Dengan asumsi ekuitas saya Rp19 triliun sekian dikali tiga sama dengan Rp60 triliun, sepertiga saya pakai modal kerja, terus sepertiga saya pakai untuk divert payment, sepertiga saya pakai untuk investasi,” katanya kepada Bisnis, Jumat (7/2/2020).
Tahun ini perseroan akan berfokus untuk meningkatkan total ekuitas dari Rp19 triliun menjadi Rp26 triliun. Hal ini akan dilakukan melalui penerbitan perpetual bond, penambahan dari proyeksi pendapatan 2019, serta IPO anak usaha yakni PT Wijaya Karya Realty.
Baca Juga
Tumiyana menjelaskan penguatan kemampuan belanja modal pada tahun-tahun mendatang dilakukan menggarap potensi sejumlah proyek dengan skema kerja sama pemerintah dengan badan usaha atau KPBU.
“Capex kalau neraca kami tidak kuat bagaimana kita mau ambil proyek-proyek KPBU ataupun unsolicited atau direct investment, me-leverage balance sheet itu tantangan. Perpetual bond itu salah satu terobosan, supaya apa kami bisa menyongsong jaman baru namanya KPBU,” jelasnya.
Tahun ini emiten berkode saham WIKA ini menyasar nilai kontrak baru senilai Rp65 triliun yang yang berasal dari pemerintah sebesar 22 persen, pasar luar negeri sebesar 9 persen dan 25 persen dari pasar swasta. Adapun, sisanya akan mengandalkan proyek-proyek dari belanja modal perusahaan pelat merah lain.