Bisnis.com, JAKARTA - Emiten konstruksi PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. mengincar pertumbuhan nilai kontrak baru sebesar 50 persen pada 2020. Perseroan optimis bisa memenuhi target seiring dengan pemulihan di pasar konstruksi.
Direktur Utama Wijaya Karya, Tumiyana mengatakan sepanjang 2019, perseroan meraup kontrak baru senilai Rp41,6 triliun. Dengan target 50 persen, nilai kontrak baru Wijaya Karya pada akhir 2020 diestimasi mencapai 62,4 triliun.
Menurut Tumiyana, perolehan kontrak baru akan disumbang dari sejumlah proyek yang memiliki nilai kontrak besar, tersebar baik di dalam negeri maupun di luar negeri. “Ada [proyek] di Bandung cukup besar, kemudian di Taiwan juga nanti ada satu lagi yang besar," jelasnya kepada Bisnis.com di Jakarta, Rabu (5/2/2020).
Secara umum, Wijaya Karya menilai pasar konstruksi tahun ini akan lebih menjanjikan dibandingkan dengan tahun lalu. Terlebih, pasca pemilihan umum tahun lalu, pembangunan infrastruktur mendapat jaminan kepastian karena sektor ini masih menjadi prioritas pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Tumiyana mengungkapkan, belanja pemerintah pada 2019 lebih baik dibandingkan dengan 2014. Kedua periode tersebut merupakan tahun politik yang biasanya dilanda ketidakpastian seiring suksesi di jajaran pemerintahan maupun kalangan legislatif.
Di sisi lain, perusahaan bersandi saham WIKA itu menargetkan pendapatan sebesar Rp52 triliun pada tahun ini atau tumbuh 26 persen dibandingkan dengan tahun lalu. Sementara itu, perolehan laba bersih ditaksir bisa tumbuh 18 persen.
Baca Juga
Secara khusus, perolehan laba bersih pada tahun ini akan terdampak oleh penerapan regulasi baru, yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 72. Ketentuan itu membuat pengakuan pendapatan berdasarkan serah terima bangunan, bukan lagi pada persentase penyelesaian konstruksi bangunan.
Tumiyana mengungkapkan, penerapan PSAK membuat WIKA belum bisa mengakui pendapatan sekitar Rp350 miliar. WIKA tidak ambil pusing terhadap dampak tersebut karena pendapatan tersebut sesungguhnya tidak akan hilang. “Itu aturan yang harus kami ikuti dan itu juga akan generate laba di tahun berikutnya, jadi tidak apa-apa,” tukasnya.