Bisnis.com, JAKARTA – Emiten perhotelan PT Bukit Uluwatu Villa Tbk. (BUVA) melansir wabah virus corona yang merebak sejak Januari 2020 belum berdampak terhadap kinerja perseroan. Dampak virus corona terhadap industri pariwisata juga dinilai masih minim.
Direktur Utama Bukit Uluwatu Villa Franky Tjahyadikarta mengatakan segmen utama perseroan bukan berasal dari China, melainkan dari Eropa dan Australia. Oleh karena itu, dia optimistis penyebaran virus corona tidak akan mengganggu kinerja perseroan.
“Masih minimal dampaknya ke Indonesia maupun ke hotel kam. Jadi kami tidak khawatir berdampak [terhadap] pendapatan,” ujar Franky di Jakarta, Rabu (5/2/2020).
Dalam periode sembilan bulan 2019, pendapatan Bukit Uluwatu Villa mencapai Rp450,44 miliar, tumbuh 27 persen dibandingkan periode sembilan bulan 2018. Pendapatan BUVA disumbang dari segmen hotel sebanyak Rp220,87 miliar dan segmen gaya hidup, rekresasi, dan hiburan sebesar Rp229,57 miliar.
Franky menerangkan, pada tahun ini perseroan mengalokasikan belanja modal di kisaran Rp200 miliar. Sumber dana akan berasal dari pinjaman dan kas internal.
“Alokasi belanja modal tahun ini masih dibahas jadi belum bisa disebutkan [angka pasti]. Namun, penggunaan dananya sekitar Rp200 miliar ada yang dari bank dan juga dari internal perusahaan,” jelasnya.
Di sisi lain, Bukit Uluwatu Villa juga berencana membangun hotel di Jakarta, Bali, dan Bintan pada 2020. Kebutuhan dana untuk pembangunan hotel di tiga lokasi itu mencapai Rp400 miliar, terdiri dari Rp150 miliar untuk Jakarta dan Rp250 miliar untuk Bali dan Bintan.
Pendanaan ketiga hotel itu sebagian berasal dari penerbitan saham baru atau rights issue. Aksi korporasi itu direncanakan berlangsung sebelum Juni 2020 yang mana pemegang saham mendapat hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD).